Sementara itu, kepala asosiasi mal Turki mengatakan pusat perbelanjaan akan dibuka kembali secara bertahap mulai 11 mei tergantung permintaan dari pedagang eceran dan persetujuan dari dewan penasehat otoritas kesehatan.
Turki telah menutup mal, sekolah, restoran, dan kafe untuk meredam lonjakan kasus COVID-19.
Meskipun beberapa kantor tetap beroperasi, pemerintah meminta warga Turki untuk tinggal di rumah dan menutup pintu perbatasan untuk memperlambat pergerakan masyarakat.
Secara global, Turki berada di posisi ketujuh dengan jumlah kasus positif COVID-19 yang mencapai lebih dari 112.000. Sekitar 2.900 orang telah meninggal.
Meskipun demikian, jumlah kematian akibat COVID-19 dilaporkan menurun selama delapan hari terakhir.
"Ketika kita melihat kasus dan angka kematian kita telah mencapai titik positif. Pada saat ini, ada kemungkinan bagi perekonomian untuk dibuka kembali," kata pejabat senior itu kepada Reuters.
"Studi terbaru mengindikasikan bahwa pembukaan kembali ekonomi akan dimungkinkan pada akhir Mei dan perkembangan saat ini mengkonfirmasi hal ini. Langkah-langkah akan diambil untuk membuka kembali dengan tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya gelombang kedua infeksi,"
Kabinet Turki pada hari Senin membahas kemungkinan penyesuaian pajak lebih lanjut dan insentif untuk melindungi pekerja dan memotong biaya bisnis.
Hal tersebut juga dilakukan untuk meningkatkan sektor pariwisata dan maskapai penerbangan yang terpukul akibat COVID-19.
Pembukaan kembali aktivitas ekonomi "akan meminimalkan kontraksi tahunan PDB tahun ini," kata pejabat Turki itu.
Sumber : Reuters
Baca juga: Infeksi COVID-19 Turki jadi yang tertinggi di luar AS, Eropa
Baca juga: Turki berencana bebaskan tahanan untuk hambat penularan virus corona
Baca juga: Wabah capai tahap kritis, Turki tingkatkan tes virus corona
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020