Kalau kita terbangkan jauh merugikan, ongkos perawatan pesawatnya 50 juta dolar AS
Maskapai Garuda Indonesia memutuskan untuk merenegosiasi pembayaran sewa pesawat hingga memangkas rute-rute penerbangan yang dinilai merugikan.
“Ada aktivitas yang terus lakukan bukti bahwa kita bertahan dengan melakukan treatment, kita memprediksi ini sampai Desember,” kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam rapat dengar pendapat (RDP) virtual dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu.
Langkah tersebut diantaranya terkait sewa-menyewa pesawat, di mana Garuda berhasil merenegosiasi pembayaran yang semula terlalu tinggi menjadi lebih rendah karena kondisi pandemi ini.
Sebagai contoh, pembayaran sewa untuk pesawat berbadan lebar Boeing-777 dalam sebulan Garuda wajib membayar 1,6 juta dolar AS dan akhirnya bisa dinegosiasi menjadi 800.000 dolar AS.
“Kita punya 10 unit Boeing 777, basically kita bayarnya dua kali lipat,” katanya.
Kemudian, Irfan mengatakan pihaknya juga memutuskan untuk mengembalikan seluruh unit pesawat Bombardier CRJ -1000 karena seluruhnya tidak diterbangkan (grounded).
Sementara itu, lanjut dia, meskipun tidak diterbangkan, pesawat harus tetap dilakukan perawatan di mana biaya perawatannya juga mahal.
“Kalau kita terbangkan jauh merugikan, ongkos perawatan pesawatnya 50 juta dolar AS. Kita negosiasi saja, kita minta pesawat tersebut diambil saja agar kita punya ‘fleet’ (armada) dan konfirgurasi pesawat yang lebih pas,” katanya.
Tidak berhenti di situ, Irfan menambahkan, pihaknya juga akan memangkas rute-rute yang dinilai merugikan.
“Kita akan lakukan restructuring mencari jadwal yang lebih bagus dan menghentikan rute-rute merugikan,” ujarnya.
Irfan menuturkan kinerja keuangan mulai menurun saat adanya penutupan penerbangan dari dan ke China dengan total 13 penerbangan dalam seminggu.
Kemudian ditambah dengan pelarangan dari dan ke Arab Saudi, terutama untuk penerbangan umroh.
“Ini drastis meskipun ke Hong Kong masih buka. Dampak lebih besar lagi saat penutupan penerbangan umroh 10 hari kita terbang berangkat kosong, pulang penuh,” katanya.
Irfan mengatakan jumlah penumpang turun semakin signifikan saat keluar Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2020 Pengendalian Transportasi Selama asa Mudik Idul Fitrik 1441 H Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran COVID-19.
“Penurunan berketerusan sampai Mei ini, kita lihat makin drastis menjelang Lebaran setelah ada PM No. 25 dikeluarkan Kemenhub. Permen No. 25 memaksa kita hentikan seluruh penerbangan domestik kecuali logistik. Kita tidak punya penerbangan khusus kargo, jadi langsung mengubah rute kita ke kargo. Kita ubah ke kargo yang mudah-mudahan bisa hidupkan kembali di kondisi yang sangat terbatas,” kata Irfan.
Baca juga: 25.000 karyawan Garuda Indonesia Group terdampak penundaan gaji
Baca juga: Anggota DPR sebut Garuda hadapi tantangan badai COVID-19
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020