"Tujuan gerakan Support Bali secara mandiri adalah untuk menghindari birokrasi yang terlalu panjang, donasi yang tepat sasaran dan agar bisa bergerak cepat dalam skala regional di Bali. Belajar dari Jakarta, supaya Bali bisa melewati momen ini dengan cepat dan menghadang virus berkembang lebih cepat," ujar salah satu penggagas Support Bali Nike Adinata, di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan dirinya bersama dua rekannya, Maya Christy dan Estefania Orchid, menginisiasi Support Bali karena tidak menginginkan tenaga medis di Bali tertular COVID-19 akibat kekurangan APD selama merawat dan menangani pasien.
Baca juga: PJB salurkan bantuan bagi tenaga medis untuk penanganan COVID-19
"Mereka sudah bekerja dengan tanpa lelah dan meninggalkan keluarga di rumah, bertarung dengan nyawa mereka. Kami juga harus melindungi mereka. Kami sumbangkan APD ini ke sejumlah rumah sakit yang sangat membutuhkan agar semua tenaga medis bisa benar-benar tercover ketika harus berhadapan langsung dengan penderita COVID-19," ungkap Nike Adinata.
Menurutnya, untuk dapat berhasil menangani COVID-19, petugas medis harus dapat melindungi diri mereka sendiri. Mereka harus menjaga diri agar tidak terinfeksi oleh virus tersebut ketika melakukan penanganan terhadap pasien.
"Hal ini dapat tercapai jika mereka dilengkapi oleh APD yg memadai, seperti pakaian hazmat, kacamata google, masker bedah dan masker N95, pelindung kepala, pelindung sepatu dan sarung tangan bedah," katanya.
Selain rumah sakit, Support Bali juga membantu sejumlah Puskesmas dan klinik di wilayah Bali. Hal tersebut dilakukan karena Puskesmas dan Poliklinik juga menghadapi pasien-pasien BPJS yang nantinya baru akan dirujuk ke rumah sakit rujukan COVID-19.
Baca juga: Ribuan alat kesehatan penanganan COVID-19 tiba di Bali
"Artinya mereka juga harus dilindungi. Jangan sampai bertambah petugas medis di Puskesmas dan klinik yang gugur," ujar Nike Adinata.
Penggagas Support Bali Maya Christy menjelaskan pihaknya memiliki misi yang pertama adalah untuk menyalurkan donasi berupa APD kepada pribadi yang membutuhkan, termasuk di Puskesmas maupun klinik.
Ia mengaku dengan adanya kelangkaan APD, pre-order yang sangat lama serta harga alat pelindung diri yang melonjak membuat Support Bali harus berusaha memaksimalkan uang donasi dengan tepat namun terukur. "Alat pelindung diri yang kami beli harus sesuai standar medis dengan harga wajar," ujar Maya Christy.
Ia menambahkan misi Support Bali selanjutnya adalah melakukan penyaluran alat pelindung diri dengan strategi. "Artinya, kami tidak sembarangan hanya menyalurkan bantuan APD ke fasilitas kesehatan yang sebenarnya sudah mendapatkan support lebih," katanya.
Baca juga: Ribuan APD dan masker untuk penanganan COVID-19 tiba di Bali
Baca juga: RSUP Sanglah habiskan 15-20 APD untuk tangani satu pasien status ODP
Penggagas Support Bali lainnya, Estefania Orchid mengatakan sejak pihaknya membuka pengumpulan donasi, hingga Selasa (28/4), tercatat telah terkumpul dana sebesar Rp207.688.172 dan telah digunakan untuk membeli APD berstandar medis dan disalurkan sebesar Rp134.565.300.
APD yang telah dibeli tersebut, di antaranya adalah pakaian Hazmat, sepatu boot medis, face shield atau pelindung wajah, hand sanitizer, pelindung sepatu dan masker.
"Untuk masyarakat yang ingin ikut berpartisipasi memberikan donasi dapat membuka situs www.supportbali.com atau apabila memiliki pertanyaan dapat menghubungi kami melalui instagram dengan akun @supportbali atau melalui surat elektronik info.supbali@gmail.com," kata Estefania Orchid.
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020