Dari sisi pendapatan penumpang ini kalau kita bandingkan dari 2 Februari 2020 itu secara menyeluruh per hari Rp39 miliar, Maret jadi Rp4 miliar.
Pendapatan PT Kereta Api Indonesia yang bersumber dari penumpang merosot sebagai dampak pandemi COVID-19.
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro dalam rapat dengar pendapat (RDP) virtual dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu, menyebutkan pada 2 Februari 2020 secara menyeluruh KAI mengantongi pendapatan per hari Rp39 miliar, namun anjlok menjadi Rp4 miliar pada 31 Maret 2020.
“Dari sisi pendapatan penumpang ini kalau kita bandingkan dari 2 Februari 2020 itu secara menyeluruh per hari Rp39 miliar, Maret jadi Rp4 miliar,” katanya.
Baca juga: KAI percepat pengembalian uang pembatalan tiket melalui online
Penurunan pendapatan itu seiring dengan penurunan penumpang, terutama setelah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terbit dan keluarnya Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2020 Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri 1441 H Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran COVID-19.
“Memang penumpang berkurang jauh apalagi setelah keluar PM 25, tidak jadi mudik itu lebih turun lagi tapi mulainya di April 2020. Kemudian puncak harian yang kami capai jhanya 11 persen tapi kalau dirata-ratakan kurang lebih pendaparan di 31 Maret hanya 21 persen dari rata-rata,” katanya.
Jumlah penumpang KAI harian rata-rata triwulan I 2020 sebanyak 1,2 juta penumpang, yang terdiri dari 775.501 penumpang KRL, 208.210 penumpang kereta api jarak jauh, dan 5.891 penumpang bandara.
Sementara itu, pada 31 Maret 2020 jumlah penumpang harian hanya menyisakan 275.827 penumpang.
Rinciannya, 226.625 penumpang KRL, 48.773 penumpang kereta api jarak jauh, dan 429 penumpang kereta bandara.
“Secara kasar sebenarnya jika akhir pandemi ini di bulan Juni maka kami sudah rugi di laba rugi tahun berjalannya. Di bulan Agustus lebih besar meruginya dan Desember lebih besar,” katanya.
Baca juga: PT KAI perpanjang pembatalan 48 perjalanan kereta api hingga Lebaran
Bahkan, lanjut Edi, di KA jarak jauh okupansi hanya 15-20 orang dalam satu rangkaian.
Ia menambahkan pihaknya juga harus mengembalikan bea tiket (refund) sebesar 100 persen bagi penumpang yang membatalkan seiring keluarnya PM 25/2020.
“Pengembalian tiket sampai hari ini sudah kami lakukan, semula 900.000 sekarang tinggal 300.000 pengembalian tiket. Mereka diizinkan kembali tiket dengan 100 persen,” katanya.
Untuk menyiasati turunnya kinerja keuangan, KAI berupaya menegosiasi relaksasi pinjaman yang jatuh tempo.
“Kami berupaya mendekati pinjaman jatuh tempo, supaya dilakukan relaksasi kepada KAI. Kami juga meminta penurunan bunga atas investasi demi menjaga KAI bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Di sisi lain, kinerja angkutan barang KA meningkat, yakni pendapatan pada Februari 2020 dari Rp469 miliar atau turun dari Rp528 miliar pada Februari 2019, kemudian pada Maret 2020 naik menjadi Rp611 miliar dibandingkan Maret 2019 sebesar Rp564 miliar.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020