Penyelidikan Kematian Gajah PLG Minas Buntu

24 Juni 2009 13:01 WIB
Penyelidikan Kematian Gajah PLG Minas Buntu
(ANTARA/Evy R. Syamsir)
Teluk Kuantan (ANTARA News) - Penyelidikan kasus kematian dua gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) binaan Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, Riau, terancam tidak bisa diteruskan akibat mengalami kebuntuan .

"Proses penyelidikan untuk mencari tersangka sulit dilakukan karena sidik jari yang diduga tertinggal di gading gajah telah hilang," kata Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Rahman Siddik kepada ANTARA News di Teluk Kuantan, Rabu.

Kebuntuan itu muncul untuk menemukan tersangka, sebab barang buktinya sudah rusak.

Ia mengatakan hal itu terkait kematian dua ekor gajah jantan peliharaan PLG Minas yakni Rege dan Tomi pada 7 Mei 2009. Kedua gajah jantan ini ditemukan mati tanpa gading setelah memakan buah nenas yang diberi racun sianida.

Kematian hewan langka itu dilatarbelakangi perburuan gading gajah namun para pemburu tidak sempat membawa kabur dua pasang gading itu diduga karena takut ketahuan.

Selain dua pasang gading, maka para pelaku juga meninggalkan sejumlah barang bukti seperti sepasang sepatu dan sebuah tas yang berisi kapak, senter, tali plastik dan tiga bungkus rokok.

Menurut Rahman Siddik, BBKSDA Riau dan Kepolisian Sektor Minas yang menyelidiki kasus itu tidak menemukan sidik jari di gading yang tertinggal karena benda tersebut sempat dicuci dengan air setelah disita dari tempat kejadian perkara.

Proses penyelidikan bisa jadi terbuang percuma padahal polisi telah mengambil sidik jari dan meminta keterangan seluruh petugas PLG Minas.

Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA News, pelaku yang membersihkan gading adalah petugas PLG Minas atas suruhan dari seorang pegawai BBKSDA Riau. Dugaan keterlibatan orang dalam terkait penghilangan barang bukti tidak dibantah Rahman Siddik.

"Entah orang itu memang bodoh atau bisa saja ada motif lainnya. Padahal seharusnya barang bukti yang ada harus steril dan tidak boleh sembarangan disentuh karena untuk kepentingan penyelidikan," ujar Rahman Siddik .

Namun, ketika disinggung mengenai kemungkinan sidik jari tertinggal dibarang bukti lainnya, ia mengatakan tidak bisa memastikan keberadaan barang bukti selain dua pasang gading gajah yang telah disita BBKSDA.

Ia mengakui, pihaknya tetap berkomitmen untuk menuntaskan kasus kematian dua ekor gajah itu. Dalam waktu dekat pihaknya akan meminta polisi untuk memeriksa secara khusus para pelaku penghilang barang bukti tersebut.

Ia menambahkan, terkatung-katungnya penyelesaian kasus gajah PLG Minas membuat posisinya sebagai Kepala BBKSDA Riau berada diujung tanduk.

"Anggapan yang beredar luas hingga ke Jakarta adalah pihak BBKSDA Riau terlibat dalam kasus ini," katanya.

Kasus kematian gajah Sumatra di Riau kembali mencuat setelah sebanyak tujuh gajah ditemukan mati selama semester pertama tahun 2009.

Selain kematian dua ekor gajah jinak di PLG Minas, kasus serupa juga terulang pada seekor gajah jantan yang dipelihara PT Arara Abadi. Gajah jantan bernama Tongli itu ditemukan mati diracun dengan umpan buah nenas di areal arboretum anak perusahaan Sinar Mas Group itu.

Pada Mei lalu juga ditemukan empat ekor gajah liar yang mati diracun dan seekor diantaranya dibakar di areal konsesi tanaman industri PT Rimba Peranap Indah (RPI) anak perusahaan PT Riau Andalan Pulp and Paper. (*)

Pewarta: imung
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009