Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan dua gedung baru untuk penanganan khusus pasien COVID-19 di Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu.Pembangunan gedung ini berlangsung cepat. Apalagi RSA ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan covid
Didampingi Rektor UGM Panut Mulyono dan Direktur RSA UGM Arief Budiyanto, menteri meninjau pembangunan dua gedung berkapasitas 107 kamar yang ditargetkan selesai pada 27 Mei 2020.
"Saya ke sini atas permintaan pak rektor dan surat keputusan Gubernur DIY bahwa RSA sebagai sebagai RS rujukan covid, dua gedungnya akan digunakan penanganan covid. Ada tiga daerah yang minta, selain DIY, ada Lamongan juga," kata Basuki.
Ia mengatakan gedung darurat COVID-19 tersebut akan menyediakan 107 kamar untuk isolasi ICU dan ruang rawat inap.
Pembangunan gedung darurat COVID-19 di RSA UGM, menurut Basuki, tidak memerlukan waktu lama karena sudah ada konstruksi bangunan yang dibangun sejak 2010.
"Sudah uji teknis, beberapa struktur perlu penguatan strukturnya. Sementara panel sudah ada dan peralatan medis sudah siap. Semua sesuai rekomendasi kemenkes," katanya.
Pembangunan dua gedung baru dimulai sejak 20 April 2020. Meski demikian, selama dalam sembilan hari pengerjaan tingkat kemajuan penyelesaian pembangunan mencapai 28 persen.
"Sesuai dengan jadwal tanggal 27 Mei akan sudah bisa dimanfaatkan dan mulai bisa beroperasi," kata dia.
Pembangunan gedung darurat penanganan pasien COVID-19 ini, menurut Basuki, tidak berbeda jauh dengan pembangunan rumah sakit darurat COVID-19 di Pulau Galang, Kepulauan Riau.
"Di Pulau Galang ada 340 bed, sekarang terisi 150-an. Namun kita harus siap jika yang masuk lebih banyak, kalau sedikit justru alhamdulillah. Mudah mudahan bisa terlayani," katanya.
Pembangunan gedung dalam kondisi darurat ini, menurut dia, memang mengharuskan penyedia jasa dan kontraktor melaksanakan pembangunan lebih cepat namun tidak mengurangi kualitas dari bangunan yang dihasilkan. “Semua sesuai standarisasi dan metodologi kerja lebih cepat. Sudah sesuai dengan kontrak kerjanya," kata dia.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan dua gedung baru yang digunakan untuk penanganan pasien COVID-19 ini merupakan bekas gedung yang tertunda pengerjaannya sejak 10 tahun lalu.
"Kami berharap gedung ini segera dimanfaatkan untuk penanganan dan penanggulangan COVID-19," katanya.
Apabila pandemik COVID-19 telah selesai, kata Rektor, gedung baru ini akan dimanfaatkan sesuai perencanaan semula untuk penanganan penyakit menular di RSA UGM.
Direktur RSA dr Arief Budiyanto mengatakan pembangunan dua gedung darurat COVID-19 ini akan diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu bulan ini dikerjakan dalam masa pandemi virus corona. Namun demikian gedung tersebut nantinya diharapkan bisa membantu penanganan pasien covid di DIY dan sekitarnya.
"Pembangunan gedung ini berlangsung cepat. Apalagi RSA ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan covid. Sejak 17 maret lalu, sudah ada 1.197 pasien yang kita periksa," katanya.
Ia menyebutkan sejak awal masa pandemi, RSA UGM merawat empat pasien positif COVID-19. Tiga diantaranya sudah dinyatakan sembuh, dan satu pasien dalam masa perawatan.
Seperti diketahui, dua gedung baru yang dibangun yakni Gedung Arjuna dan Yudhistira berupa struktus beton bertulang yangsudah dibangun sejak 2010 lalu. Bangunan seluas 7.120 meter persegi ini akan menyediakan 107 kamar pasien.
Gedung yang masing-masing terdiri dari lima lantai ini akan diperuntukan sebagai ruang isolasi kritis, ruang perawatan PDP, ruang ganti medis, ruang istirahat tenaga kesehatan, dan ruang poliklinik COVID-19.
Baca juga: Menteri PUPR: RS Akademi UGM untuk Covid-19 diharapkan rampung Mei
Baca juga: Kontraktor asing bantu bangun fasilitas bangsal COVID-19 di RS Lippo
Baca juga: RSUD Kota Bogor direncanakan jadi RS khusus COVID-19
Baca juga: Sleman siapkan 14 RS "intermediate" antisipasi lonjakan kasus COVID-19
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020