ASEAN meningkatkan perannya dalam ekonomi dunia pascawabah COVID-19, karena potensinya yang besar sebagai bagian dalam rantai pasok global serta hubungan baik dengan berbagai mitra.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, peran ASEAN pada masa mendatang akan menjadi lebih penting dengan besarnya pasar untuk barang dan jasa yang didorong peningkatan pendapatan kelas menengah.
“(Faktor) ini menjadi kunci dalam situasi ekonomi global saat ini. Kekuatan suatu kawasan atau ekonomi di dunia bukan hanya tentang daya saing dan efisiensi, tetapi juga mempertimbangkan besarnya pasar domestik dan kawasan,” ujar Mahendra dalam seminar daring dari Jakarta, Jumat.
Selain itu, citra ASEAN sebagai mitra yang dapat diandalkan dan tanpa agenda tersembunyi mendorong kekuatan ekonomi dan industri untuk menaruh kepercayaan yang besar terhadap kawasan ini.
“Bayangkan jika ekonomi global mengalami rebound, maka ASEAN akan menjadi mesin pertumbuhan yang sangat penting,” kata Mahendra, yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada 2013-2014.
Baca juga: ASEAN sepakati 7 perkuatan kerja sama pariwisata di tengah pandemi
Guna memperkuat peran dalam ekonomi global, menurut dia, ASEAN perlu menempatkan visi strategis baru dengan memanfaatkan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, yang telah dikenal dan disambut baik oleh kekuatan besar dunia.
Dengan begitu, ASEAN akan mampu memperluas pengaruhnya di kawasan dan negara- negara mitra strategis maupun dengan kawasan Indo-Pasifik.
“Ini menurut saya penting untuk diperhatikan ketika kita ingin membangun hubungan dengan negara dan kawasan lain di dunia,” kata Mahendra.
Sementara itu, ekonomi di Asia Tenggara diprediksi melambat pada 2020. Prakiraan terbaru dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan penurunan tajam dalam pertumbuhan regional sebagai akibat goncangan ekonomi dari COVID-19.
Baca juga: Uni Eropa beri bantuan 350 juta euro dukung ASEAN lawan COVID-19
IMF memproyeksikan pertumbuhan lima negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam melambat -0,6 persen pada 2020, atau turun dari perkiraan sebelumnya sebesar +4,8 persen.
Sedangkan proyeksi ADB yang dirilis pada April memperkirakan bahwa Asia Tenggara akan mengikuti jejak China dan memperlambat pertumbuhan hingga +1 persen pada 2020.
Laporan Bank Dunia, yang dirilis pada awal April, mencakup skenario yang lebih pesimistis, dengan proyeksi “kasus kecil” dari negara-negara berkembang utama di kisaran -0,5 persen hingga -5,0 persen, kecuali Vietnam, yang mempertahankan pertumbuhan positif pada +1,5 persen.
Baca juga: Lembaga HAM soroti respons pemerintah negara ASEAN atasi pandemi
Baca juga: PM China ajak ASEAN kembangkan obat dan vaksin COVID-19
Presiden dorong kolaborasi negara ASEAN lawan COVID-19
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020