Jakarta, 1/7 (ANTARA) - Menko Kesra Aburizal Bakrie bersama Menbudpar Jero Wacik telah menominasikan Batik Indonesia untuk dicantumkan dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusian UNESCO, yang merupakan satu dari tiga daftar yang dibuat di bawah Konvensi UNESCO 2003 mengenai Perlindungan Warisan Budaya Takbenda untuk Kemanusian, di mana Indonesia telah menjadi Negara Pihak.
Berkas nominasi yang dilengkapi dengan dokumentasi tertulis, foto, dan video itu telah dipersiapkan menurut panduan UNESCO oleh tim peneliti yang diketuai Ketua Yayasan KADIN Indonesia Imam Sucipto Umar, yang sepanjang 2008 lalu telah melakukan penelitian besar-besaran di lapangan di antaranya dengan komunitas dan ahli batik di 19 provinsi di Indonesia.
Pernyataan resmi dari Sekretariat Warisan Budaya Takbenda UNESCO menyebutkan bahwa berkas nominasi Batik Indonesia telah lengkap dan selanjutnya menunggu hasil evaluasi Subsidiary Body yang bertemu dalam sidang tertutup di Paris pada 11-15 Mei 2009. Menurut rencana Subsidiary Body yang beranggotakan 6 Negara Pihak (Estonia, Uni Emirat Arab, Turki, Republik Korea, Meksiko dan Kenya) akan menginformasikan hasil evaluasi kepada Indonesia pada 1 Juli 2009. "Jika Subsidiary Body memberikan evaluasi baik, yang menurut rencana informasinya akan diberikan kepada Indonesia pada 1 Juli nanti, maka Batik Indonesia diharapkan akan diterima dalam sidang Intergovermental Committee Warisan Budaya Takbenda berikutnya yang dijadwalkan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada 23 September- 2 Oktober 2009," kata Menbudpar Jero Wacik di gedung Sapta Pesona Jakarta, Kamis (11/6).
Sebagai bagian dari nominasi tersebut, menurut Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF) Depbudpar Tjetjep Suparman, pada 22 Agustus 2008 telah dibentuk Forum Komunitas Batik yang berperan untuk memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara spektrum komunitas batik yang luas, baik dari pemerintah maupun swasta, dalam rangka melindungi, menghidupkan dan mengembangkan kembali budaya batik untuk generasi masa kini dan mendatang secara berkesinambungan.
Ketua Institut Museum Batik, Dr.H.Mohamad Basyir Ahmad memberi contoh, Museum Batik di Pekalongan, Jateng selama 3 tahun terakhir ini aktif dalam memperkenalkan modul pendidikan dan pelatihan batik dalam kurikulum tingkat Taman Kanak-kanak hingga Politeknik. Program pelatihan serupa telah dimulai di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta. Kegiatan ini telah menarik perhatian UNESCO, dan program pendidikan dan pelatihan tersebut telah dinominasikan sebagai Best Practices, sebagai daftar lain di bawah Kovensi UNESCO 2003.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Surya Dharma, Kepala Pusat Informasi dan Humas, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Pewarta: prwir
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009