Anggota Komisi XI DPR RI Hidayatullah menginginkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia fokus untuk memperkuat sektor riil nasional yang dianggap sebagai langkah jitu untuk meningkatkan kinerja perekonomian di tengah pandemi COVID-19.Ke depan bauran kebijakan BI harus lebih mengutamakan menguatnya sektor riil, sudahi era bubble economic.
"Ke depan bauran kebijakan BI harus lebih mengutamakan menguatnya sektor riil, sudahi era bubble economic," kata Hidayatullah dalam rilis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Politisi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengapresiasi kinerja BI yang mampu menjaga nilai rupiah dan mengatasi persoalan depresiasi rupiah meski dalam kondisi pandemi.
Baca juga: BI optimistis ekonomi RI membaik triwulan ketiga 2020
Menurut dia, dengan tren penguatan rupiah sepanjang April, seharusnya pemerintah optimistis dalam menetapkan asumsi makro rupiah.
Selain itu, ia juga menginginkan bank sentral tetap cermat dan hemat amunisi terkait devisa karena cadangan devisa saat ini seringkali menjadi bumper terakhir dalam menjaga stabilitas mata uang domestik.
"Selama pengelolaan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dunia hanya berfokus pada sisi moneter maka selalu berbiaya mahal. Indonesia akan selalu dalam posisi sulit," jelasnya.
Hidayatullah menegaskan bahwa yang paling utama justru adalah upaya perbaikan sektor riil dan reformasi struktural.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan cadangan devisa akan mengalami peningkatan pada akhir April 2020 dari posisi bulan sebelumnya yaitu 121 miliar dolar AS.
“Kami perkirakan bahwa posisi cadangan devisa akan meningkat pada akhir April 2020 ini,” kata Perry Warjiyo dalam konferensi pers yang digelar secara daring di Jakarta, Selasa (14/4).
Baca juga: Rupiah menguat tajam tembus Rp15.000 jelang libur panjang
Meski demikian, Perry memastikan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2020 tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor, pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Perry mengatakan cadangan devisa sebesar 121 miliar dolar AS itu setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga mengatakan penerbitan global bond atau surat utang global dengan total nominal 4,3 miliar dolar AS akan memperkuat posisi cadangan devisa nasional yang saat ini mencapai 121 miliar dolar AS.
“Sekarang jumlah cadangan devisa kita relatif stabil,” katanya dalam rapat secara virtual dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (8/4).
Baca juga: Wapres sebut stimulus diperlukan agar sektor riil bertahan
Gubernur BI mengungkapkan cadangan devisa sempat menurun 9,4 miliar dolar AS dari 130,4 miliar dolar AS pada akhir Februari 2020 menjadi 121 miliar dolar AS pada akhir Maret 2020.
Penurunan itu disebabkan cadangan devisa digunakan untuk pembayaran utang pemerintah yang jatuh tempo pada Maret 2020 sebesar 2 miliar dolar AS dan sebesar 7 miliar dolar AS digunakan untuk memasok valas di pasar keuangan.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020