• Beranda
  • Berita
  • Petinggi FIFA lempar wacana geser periode dimulainya kompetisi Eropa

Petinggi FIFA lempar wacana geser periode dimulainya kompetisi Eropa

2 Mei 2020 23:02 WIB
Petinggi FIFA lempar wacana geser periode dimulainya kompetisi Eropa
Suasana Stadion Mestalla tanpa penonton saat laga leg kedua babak 16 besar liga Champions antara Valencia melawan Atalanta, di Valencia, Spanyol, Selasa (10/3/2020). Pertandingan ini diputuskan oleh UEFA tanpa penonton seiring menyebarnya virus Corona yang hampir melanda seluruh dunia. ANTARA FOTO/Reuters-Handout/hp.
Wakil Presiden FIFA Victor Montagliani melempar wacana untuk menggeser kalender kompetisi sepak bola Eropa agar dimulai dari awal tahun atau selepas musim dingin, ketimbang setelah musim panas sebagaimana format yang diterapkan mayoritas liga-piala domestik saat ini.

Menurut Montagliani hal itu "mungkin dibicarakan" menyusul pandemi COVID-19 yang membuat kompetisi sepak bola di hampir semua belahan dunia tertangguhkan setidaknya sudah dua bulan lamanya.

Dalam wawancara dengan stasiun radio Italia, Radio Sportiva, Montagliani yang dikenal kolega dekat Presiden FIFA Gianni Infantino itu menyebut penggeseran kalender kompetisi bakal berkesesuaian dengan jadwal Piala Dunia 2022 Qatar yang rencananya dimainkan November-Desember.

Infantino sendiri sebelumnya sempat melontarkan komentar bahwa sepak bola akan sama sekali berbeda ketika kembali dimainkan dan penangguhan saat ini bisa menjadi peluang bagus guna menyusun ulang kepadatan kompetisi hingga 2024.

Baca juga: Dan satu per satu liga-liga Eropa pun menyerah

Baca juga: Tidak terima Ligue 1 dihentikan, Lyon siap tempuh jalur hukum



"Kami punya kesempatan untuk itu (menggeser awal-akhir kalender kompetisi) sebab Piala Dunia 2022 Qatar akan dimainkan November-Desember, itu bisa menjadi sebuah ide baru," ujar Montagliani dilansir Reuters, Sabtu.

Montagliani merupakan Presiden Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara dan Tengah (CONCACAF), yang salah satu liga domestik paling menterengnya, MLS Amerika Serikat, dilangsungkan dalam periode Februari-November ketimbang setelah dan sebelum musim panas seperti di kebanyakan negara Eropa.

"Di sini, di Amerika, musim biasanya dimainkan sesuai kalender tahunan, bisa saja itu menjadi solusi yang bisa diterapkan di Eropa dan Afrika, atau bahkan diwacanakan di tingkat nasional maupun benua," kata Montagliani.

"Itu bukan ide yang harus diabaikan, bisa saja itu menjadi solusi selama dua tahun ke depan dan Piala Dunia yang digelar musim dingin nanti," ujarnya menambahkan.

Baca juga: COVID-19 rusak kalender sepak bola sampai tiga tahun ke depan

Baca juga: Pandemi dan wajah sepak bola kemudian



Satu dari lima liga top di Eropa, Prancis, terlanjur menghentikan kompetisi musim 2019/20 karena kebijakan pemerintah yang memperpanjang karantina wilayah hingga bulan September, atau melampaui tenggat waktu target UEFA merampungkan musim di atas lapangan pada Juni/Juli.

UEFA sendiri dikabarkan membidik bulan Agustus sebagai kesempatan untuk merampungkan kompetisi Liga Champions dan Liga Europa musim 2019/20 dengan asumsi kompetisi domestik sudah rampung juga di atas lapangan.

Sementara itu, empat liga top lainnya, Inggris, Spanyol, Jerman dan Italia sejauh ini masih mengisyaratkan komitmen untuk merampungkan musim di atas lapangan dan sebagian besar tim-tim divisi tertinggi sudah diperbolehkan menjalani sesi latihan di markas klub masing-masing.

Montagliani mengklaim bahwa penggeseran periode kompetisi sudah menjadi wacana untuk tahun 2024 dan bisa jadi pandemi COVID-19 "membantu" memuluskan wacana itu mulai dibicarakan secara serius.

Wacana tersebut sebelumnya sempat disodorkan oleh Karl-Heinz Rummenigge saat ia memimpin Asosiasi Klub Eropa (ECA) pada 2013.

"Di manapun itu, baik Jerman, Prancis maupun Inggris, musim panas adalah masa terbaik dalam satu tahun, tapi ironisnya itu justru jadi waktu kita tidak mempertandingkan sepak bola," ujarnya kepada majalah France Football pada 2013.

"Malahan di tengah musim dingin, saat cuaca begitu dingin diwarnai salju, kita hampir selalu bertanding di tengah kondisi yang mungkin tidak nyaman bagi pemain maupun suporter. Tidak logis," kata Rummenige menambahkan.

Baca juga: COVID-19 membuat Argentina tanpa degradasi selama dua musim

Baca juga: Raheem Sterling akui sangat inginkan tukar jersey dengan Lionel Messi


 

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020