• Beranda
  • Berita
  • Karena keterbatasan akses, guru di Jambi datangi siswa untuk mengajar

Karena keterbatasan akses, guru di Jambi datangi siswa untuk mengajar

3 Mei 2020 14:42 WIB
Karena keterbatasan akses, guru di Jambi datangi siswa untuk mengajar
Tenaga pendidik di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi mendatangi rumah peserta didik untuk memberikan pembelajaran karena keterbatasan alat komunikasi untuk mengikuti sistem pembelajaran dalam jaringan di tengah pandemi COVID-19 saat ini. (Antara/HO/Tanoto Foundation).
Karena keterbatasan alat telekomunikasi dan jaringan internet, guru di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi menyambangi rumah peserta didik untuk mengajar agar proses kegiatan belajar mengajar (KBM)) tetap berjalan.

"Tidak semua peserta didik memiliki alat telekomunikasi untuk sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) dan tidak semua tempat tinggal peserta didik memiliki akses internet, sehingga kita datang ke rumah siswa untuk memberikan tugas atau mengajar mereka," kata guru SDN 75/1 Pasar Terusan Batanghari Dedi Kurniawan, di Batanghari, Minggu.

Ia menerangkan selama pandemi COVID-19 pemerintah memutuskan untuk memberlakukan belajar di rumah dan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah dengan berbagai sistem. Dimana sistem daring merupakan salah satu sistem yang cukup efektif dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19.

Baca juga: Survei : Guru masih fokus ketercapaian kurikulum selama pandemi

Baca juga: Kemendikbud: Aplikasi SPADA bantu pembelajaran jarak jauh


Akan tetapi, tidak semua peserta didik dapat mengikuti sistem pendidikan tersebut, khususnya di beberapa daerah di Kabupaten Batanghari. Karena tidak semua orang tua dan peserta didik di daerah itu memiliki alat komunikasi untuk mendukung sistem pembelajaran daring tersebut, bahkan tidak semua daerah di kabupaten itu terjangkau akses internet.

Agar peserta didik selama proses belajar di rumah masih mendapatkan pengajaran, sejumlah tenaga pendidik di daerah itu menyambangi rumah-rumah siswa untuk memberikan tugas dan pengajaran.

“Siswa yang rumahnya berdekatan kita minta untuk belajar bersama, maksimal tiga anak agar mereka bisa menjaga jarak dalam belajar. Saya minta mereka juga memakai masker,” kata Dedi Kurniawan.

Hal serupa juga dilakukan oleh guru SMP N 7 Batanghari Syafrendri, dari 23 siswa di di salah satu rombongan belajar (rombel) di sekolahnya, terdapat satu orang siswa yang tidak bisa mengikuti pengajaran dengan sistem daring.

Selain tidak memiliki alat komunikasi yang mendukung sistem pembelajaran daring, akses rumah peserta didik tersebut cukup jauh dari teman-temannya.

Baca juga: Tanoto Foundation luncurkan panduan pendampingan anak di rumah

"Peserta didik ini tinggal bersama kakeknya, secara ekonomi dapat dikatakan sebagai masyarakat tidak mampu, sehingga tidak memiliki alat komunikasi untuk mendukung pembelajaran daring," kata Syafrendri.

Tidak semua siswa yang tidak memiliki akses pembelajaran daring di sambangi oleh tenaga pendidik. Sejumlah peserta didik yang tidak memiliki alat komunikasi pendukung sistem pembelajaran daring diminta untuk bergabung bersama teman lainnya yang memiliki alat komunikasi pendukung untuk membuat kelompok belajar.

Namun, tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19, seperti menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir,serta dalam satu kelompok maksimal terdapat tiga orang.

Begitu pula tenaga pendidik yang menyambangi rumah peserta didik untuk memberikan pengajaran. "Kita pakai masker dan selalu bawa penyanitasi tangan agar selalu steril," kata Syafyendri.

Pewarta: Muhammad Hanapi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020