• Beranda
  • Berita
  • Dokter ICU Jepang akan hadapi pertempuran panjang lawan virus corona

Dokter ICU Jepang akan hadapi pertempuran panjang lawan virus corona

4 Mei 2020 19:02 WIB
Dokter ICU Jepang akan hadapi pertempuran panjang lawan virus corona
Gubernur Tokyo Yuriko Koike meninjau robot humanoid Pepper, dikembangkan oleh SoftBank Group Corp, yang telah dirancang untuk meringankan pekerjaan perawat , di Tokyo, Jepang, Jumat (1/5/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/pras/djo

Kami telah mempertahankan pertempuran selama lebih dari tiga bulan

Dokter-dokter di Jepang menghadapi perjalanan panjang dan melelahkan melawan virus corona baru, bahkan jika pemerintah memperpanjang keadaan darurat hingga sebulan mendatang, kata seorang dokter senior pada Senin.

St Marianna University Hospital di Kawasaki, selatan Tokyo, adalah salah satu rumah sakit pertama di Jepang yang mengubah bagian Unit Perawatan Intensif (ICU) menjadi tempat tidur untuk merawat pasien yang terinfeksi virus tersebut.

Rumah sakit itu telah merawat puluhan pasien virus corona sejak wabah pertama kali menjangkau Jepang pada Februari. Seorang profesor sekaligus direktur pengobatan darurat dan perawatan kritis di rumah sakit itu, Shigeki Fujitani, mengatakan stafnya bersiap-siap untuk jangka panjang.

"Kami telah mempertahankan pertempuran selama lebih dari tiga bulan," kata Fujitani di sela-sela harinya yang sibuk di rumah sakit.

"Saya pikir ada pekerja medis yang sudah merasa stres berat. Tantangan kami mulai sekarang adalah untuk meringankan stres mereka dan tetap berjuang."

Perdana Menteri Shinzo Abe diperkirakan akan memperpanjang keadaan darurat Jepang hingga akhir Mei, di mana restoran dan toko telah diminta untuk tutup dan orang-orang akan tinggal di rumah sebagai upaya untuk menghentikan virus corona.

Baca juga: PM Abe akan berkonsultasi dengan ahli soal perpanjangan status darurat

Kasus virus corona yang dilaporkan di Jepang mencapai 15.000 dan lebih dari 500 orang telah meninggal. Secara global, lebih dari 246.000 orang telah meninggal akibat virus ini.

Fujitani mengatakan perpanjangan keadaan darurat semoga akan membantu menghentikan penularan baru virus, tetapi pengujian yang diperluas lebih seringkali menemukan kasus-kasus tersembunyi.

Kekhawatiran lain, kata Fujitani, adalah menjaga persediaan peralatan pelindung diri yang memadai seperti masker N95 dan gaun plastik.

"Kami sedang menghadapi situasi di mana kami tidak tahu kapan N95 mungkin menjadi langka. Jika fasilitas lain terjangkit wabah atau prefektur lainnya mulai menggunakan lebih banyak masker tersebut, sarana kami untuk mendapatkannya akan menjadi terbatas," kata dia.

Sumber: Reuters

Baca juga: Jepang perpanjang status darurat sampai akhir Mei

Baca juga: Jepang perangi corona dengan karantina, tikus muncul di jalanan sepi

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020