Mereka juga melaporkan penurunan laba operasi kuartal pertama sebesar 25 persen pada Senin (4/5) waktu setempat.
"Kami melihat dampak terbesar krisis saat ini adalah pada kuartal kedua, diikuti oleh pemulihan bertahap pada kuartal ketiga dan kemungkinan kembali ke level tahun sebelumnya pada kuartal keempat," kata anggota dewan, Klaus-Dieter Schurmann yang dikutip dari Reuters, Selasa.
Skoda mulai merasakan dampak krisis virus corona selama tiga bulan pertama di tahun ini karena penjualan global turun dan mereka harus menutup pabrik-pabrik domestik selama 39 hari dimulai pada Maret.
Baca juga: Bos VW Skoda temukan sisi positif di balik krisis corona
Baca juga: ENYAQ, nama SUV listrik pertama Skoda
Untuk itu, Skoda masih berusaha menahan dampak COVID-19 dengan mengurangi biaya operasional dan pengeluaran dalam jangka pendek.
Pendapatan kuartal pertama turun 1,4 persen menjadi 4,85 miliar euro, sementara pengiriman di seluruh dunia turun menjadi 24 persen menjadi 232.900 kendaraan.
Skoda telah meningkatkan pengiriman tahunan di atas angka 1 juta unit dalam beberapa tahun terakhir.
Skoda membuka kembali pabriknya pada 27 April.
Kepala Eksekutif Skoda, Bernhard Maier mengatakan penutupan pabrik menimbulkan kerugian produksi sebanyak 100.000 unit mobil. Dia mengatakan, sulit untuk meramalkan penjualan mobil global dalam beberapa bulan mendatang tetapi perusahaan itu berada dalam posisi yang baik.
"Kami berjuang untuk setiap mobil, karena pesanan pesanan kami masih tinggi," katanya, menambahkan Skoda tetap berpegang pada rencana pengembangan jangka menengah dan jangka panjangnya.
Baca juga: Skoda luncurkan Octavia bergaya baru
Baca juga: Desain Skoda all new Octavia 2020 tampak lebih modern
Baca juga: VW Passat dan Skoda bakal lahir dari pabrik baru di Turki
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020