Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan seluruh sektor lapangan usaha yang melambat telah mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2020 sebesar 2,97 persen.Pertumbuhan ini terendah sejak triwulan I-2001, tapi karena situasi saat ini lebih diliputi ketidakpastian
"Pertumbuhan ini terendah sejak triwulan I-2001, tapi karena situasi saat ini lebih diliputi ketidakpastian," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.
Suhariyanto menjelaskan seluruh sektor lapangan usaha yang menyumbang PDB terbesar seperti industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi dan pertambangan melambat pada periode ini.
Salah satu penyebabnya adalah perekonomian dalam negeri yang terimbas oleh penyebaran COVID-19 terutama setelah adanya pembatasan aktivitas sosial.
Pada triwulan I-2020, industri pengolahan hanya tercatat tumbuh 2,06 persen, perdagangan 1,6 persen, pertanian 0,02 persen, konstruksi 2,9 persen dan pertambangan 0,43 persen.
"Pertumbuhan pertanian melambat karena terjadinya pergeseran musim tanam padi, dan tanaman pangan yang kontraksi karena cuaca ekstrem pada awal tahun," ujarnya.
Situasi ini ikut memperlambat kinerja di kelompok pengeluaran seperti konsumsi rumah tangga, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), konsumsi pemerintah, konsumsi LNPRT, ekspor dan impor.
Kinerja konsumsi rumah tangga menurun hingga hanya tumbuh 2,84 persen, diikuti PMTB 1,7 persen, konsumsi pemerintah 3,74 persen dan ekspor 0,24 persen.
Sementara itu, konsumsi LNPRT mengalami kontraksi hingga tumbuh negatif 4,91 persen diikuti impor yang turun 2,19 persen.
Konsumsi rumah tangga turun dari periode sama tahun lalu 5,02 persen karena adanya kontraksi pada penjualan sandang, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi dan komunikasi serta barang budaya dan rekreasi.
"Penjualan mobil penumpang dan sepeda motor terkontraksi. Jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negatif," kata Suhariyanto.
Dalam periode ini hanya industri kesehatan dan pendidikan yang mampu tumbuh 7,85 persen, diikuti makanan minuman selain restoran yang tumbuh 5,1 persen.
Kinerja PMTB juga turun dibandingkan triwulan I-2019 sebesar 5,03 persen, karena adanya kontraksi barang modal jenis mesin dan perlengkapan yang memperlambat pergerakan investasi.
Sektor ekspor justru tumbuh lebih baik dari periode sama tahun 2019 yang terkontraksi 1,53 persen, karena ekspor nonmigas yang positif dari perhiasan, mesin, peralatan listrik, besi maupun baja.
Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga masih menyumbang struktur PDB terbesar hingga mencapai 58,14 persen, diikuti PMTB 31,91 persen dan ekspor 17,43 persen.
Baca juga: BPS: Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen pada triwulan I 2020
Baca juga: BPS: Ekspor minyak mentah Riau anjlok 100 persen triwulan I
Baca juga: Menteri katakan penurunan kunjungan wisman pada Maret sesuai perkiraan
Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020