Pertama kali diumumkan dua bulan lalu, status darurat memicu karantina wilayah penuh yang membatasi warga Palestina untuk tetap berada di rumah mereka, kecuali untuk perjalanan penting. Penyeberangan perbatasan dengan Israel dan Yordania juga ditutup.
Namun, kondisinya mereda bulan lalu. Sejumlah usaha diizinkan beroperasi kembali dengan harapan akan membangkitkan perekonomian Palestina yang lumpuh. Pada Minggu (3/5) pemerintah Abbas juga memperbolehkan puluhan ribu pekerja Palestina melanjutkan pekerjaan di Israel.
Masjid dan lembaga pendidikan masih ditutup dan otoritas Palestina masih melarang pertemuan umum.
Palestina melaporkan 345 kasus COVID-19 dengan dua kematian di Tepi Barat, yang ditinggal tiga warga Palestina.
Di Jalur Gaza yang berpenduduk sekitar dua juta tercatat 17 kasus COVID-19. Hamas menutup masjid dan sekolah di Gaza serta membatasi pertemuan besar, tetapi menurutnya penutupan penuh tidak diperlukan.
Tepi Barat dan Gaza berjarak 40 km dan dipisahkan oleh Israel.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pria Palestina dibui lantaran kabur dari karantina COVID-19
Baca juga: Corona jadi ancaman serius bagi para pengungsi Palestina di Tepi Barat
Baca juga: Netanyahu "yakin" AS akan izinkan aneksasi Tepi Barat dalam dua bulan
Indonesia tentang AS soal permukiman Israel di Tepi Barat
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020