Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta agar pemerintah segera merealisasikan stimulus bagi petani, setelah Badan Pusat Statistik mencatat turunnya nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada April 2020 sebesar 1,73 persen menjadi 100,32, dibandingkan NTP Maret 2020 yaitu 102,09.Perluas subsidi pertanian dan perluas ke jaminan harga pembelian yang menguntungkan bagi petani oleh pemerintah dengan mensubsidi ketika harga jual dari petani anjlok
Ketua Umum SPI Henry Saragih menilai posisi NTP April di 100,32 ini hanya selisih sedikit berada di atas angka 100 yang menjadi standar impas petani, sekaligus menandakan rendahnya daya beli petani dan kesejahteraannya.
"NTP pangan berada di 100,38. Laporan petani anggota kita berbagai wilayah juga menunjukkan penurunan," kata Henry melalui keterangan di Jakarta, Selasa.
Penurunan NTP ini diikuti dengan naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) petani. Konsumsi Rumah Tangga Petani merupakan salah satu komponen Nilai yang Dibayar oleh Petani.
Secara nasional, pada April 2020 terjadi kenaikan IKRT sebesar 0,11 persen sebagai dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) COVID-19, khususnya biaya makanan, minuman, komunikasi, kebutuhan rutin dan jasa lainnya
Henry menyebutkan pemerintah harus segera memberi stimulus ke petani, memperluas subsidi pertanian yang sebelumnya hanya di sektor input hingga merata ke sektor output pertanian.
"Perluas subsidi pertanian dan perluas ke jaminan harga pembelian yang menguntungkan bagi petani oleh pemerintah dengan mensubsidi ketika harga jual dari petani anjlok," kata Henry.
Ia juga menyarankan agar pemerintah melakukan penguatan kelembagaan koperasi petani untuk membeli produk petani dengan harga yang ditetapkan dan menguntungkan petani, serta menyalurkan pangan ke lembaga-lembaga pemerintah.
Menurut dia, penguatan koperasi akan memotong rantai pasok distribusi dengan memaksimalkan peran Bulog, BUMN pangan lainnya dan koperasi petani untuk menampung logistik hasil panen.
Harga komoditas turun
Salah satu anggota SPI di Tuban, Jawa Timur, Kusnan, menjelaskan pada akhir April ini harga gabah kering panen (GKP) berada di Rp4.350 per kg; gabah kering giling (GKG) pada level Rp5.350 per kg.
"Ini jauh turun jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Apalagi ada kenaikan biaya konsumsi rumah tangga selama COVID-19 dan biaya produksI," kata Kusnan.
Sementara itu, NTP tanaman perkebunan April berada di 100,82 turun 2,48 dari bulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari kondisi petani SPI di lapangan.
Berdasarkan laporan petani karet anggota SPI di Kabupaten Tebo, harga karet per kilogram berada di kisaran Rp4.800--Rp5.400. Harga Rp5.400 hanya untuk kualitas yang bagus. Sementara bulan sebelumnya harga masih bisa mencapai Rp6.200 per kilogram.
Kondisi serupa juga dialami petani SPI yang berladang kelapa sawit. Di Riau, harga tandan buah segar (TBS) sawit terus menurun dari Rp1.150 per kg menjadi Rp1.120 per kg, selanjutnya turun lagi dari Rp1.120 per kg.
Penurunan juga terjadi di petani yang menanam tanaman hortikultura. NTP hortikultura April 2020 turun menjadi 102,28 dari 103,50 di bulan sebelumnya.
Penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) disebakan turunnya harga berbagai komoditas pada kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas cabai merah dan cabai rawit) sebesar 1,71 persen.
Dari laporan SBI di Cibeureum, Bogo, Jawa Barat, harga tanaman sayuran mengalami penurunan seperti bayam, kangkung, sawi, dari yang biasanya harga per 1 ikat (250 gram) Rp1.500, pada bulan ini turun menjad Rp1.000 per ikat
"Lebih parah sayuran seperti kemangi, timun, kacang panjang sudah tidak laku terjual. Hal ini dampak dari rumah makan atau warung-warung seperti pecel lele tutup karena pandemi COVID-19, selain itu juga transaksi jual-beli di pasar tradisional terbatas," kata Henry.
Baca juga: Presiden minta stimulus ekonomi juga diarahkan untuk petani
Baca juga: Rektor IPB sarankan stimulus khusus petani-nelayan selama pandemi
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020