Diberitakan laman Reuters, pengguna akan mendapatkan pemberitahuan jika kata-kata yang mereka gunakan mirip dengan unggahan yang pernah dilaporkan, Twitter akan menanyakan apakan pengguna ingin mengubah kalimat atau tidak.
"Kami mendorong orang-orang untuk memikirkan ulang sikap mereka, memikirkan ulang bahasa mereka sebelum mengunggah karena mereka sering berada di waktu-waktu yang memanas, mereka mungkin mengatakan sesuatu yang akan mereka sesali," kata kepala kebijakan global Twitter untuk kepercayaan dan keamanan, Sunita Saligram kepada Reuters.
Kebijakan di Twitter meminta agar pengguna tidak menyerang orang lain dengan konten yang menghina, rasisme, seksisme atau merendahkan.
Pengguna mikroblog tersebut bisa melaporkan, atau flagging, konten yang melanggar aturan.
Percobaan ini akan berlangsung selama dua pekan secara global, namun, hanya untuk cuitan berbahasa Inggris.
Twitter, berdasarkan laporan transparansi, menindak sekitar 396.000 akun yang melanggar kebijakan mereka, serta lebih dari 584.000 akun yang melanggar aturan tentang ujaran kebencian pada periode Januari-Juni 2019.
Baca juga: Twitter akan buka data soal COVID-19 untuk penelitian medsos
Baca juga: Hari pertama puasa, #sawityowit bertengger di Twitter
Baca juga: Twitter uji coba fitur mirip "Stories" di Brasil
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020