Presiden Joko Widodo mengingatkan para menteri ekonomi untuk berhati-hati terhadap angka purchasing managers' index (PMI) manufaktur pada April 2020 yang mengalami kontraksi terdalam di Asia.Ini hati-hati mengenai PMI agar juga dicarikan solusi dan jalan agar kontraksi ini bisa kita perbaiki
"Dari sisi suplai, sisi penawaran, indeks manufaktur Indonesia PMI pada April 2020 mengalami kontraksi terdalam jika dibandingkan negara lain di Asia," ujar Presiden dalam arahan di sidang kabinet paripurna bertema "Pagu Indikatif RAPBN Tahun Anggaran 2021" yang diselenggarakan melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Presiden: Tanaman pangan berkontribusi negatif pada pertumbuhan
Presiden menyampaikan PMI manufaktur Indonesia pada April 2020 berada di level 27,5 atau lebih rendah dibandingkan Korea Selatan di angka 41,6; Malaysia 32,7; dan Filipina 31,6.
"Ini hati-hati mengenai PMI agar juga dicarikan solusi dan jalan agar kontraksi ini bisa kita perbaiki. Untuk itu, saya minta menteri-menteri bidang ekonomi memperhatikan angka-angka yang saya sampaikan secara detail," ujar Presiden.
Presiden mengatakan perlu dilihat secara detail mana saja sektor dan subsektor yang mengalami kontraksi paling dalam, dan harus dicarikan stimulusnya.
"Sehingga program stimulus ekonomi betul-betul harus kita buat dan harus tepat sasaran dan bisa mulai merancang skenario recovery, pemulihan di setiap sektor atau subsektor," ujar Presiden.
Presiden menyampaikan berdasarkan data yang diterimanya, ada beberapa subsektor yang berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan kuartal I 2020, salah satunya tanaman pangan yang minus sebesar 0,31 persen.
"Hati-hati dengan angka ini. FAO memperingatkan terjadinya krisis pangan, artinya sektor pertanian harus digenjot agar berproduksi, tapi sekali lagi juga dengan protokol kesehatan yang baik," jelasnya.
Adapun Presiden menyebutkan angkutan udara juga mengalami minus 0,08 persen, pertambangan, minyak, gas dan panas bumi minus 0,08 persen, industri barang logam, komputer minus 0,07 persen, penyediaan akomodasi minus 0,03 persen, serta industri mesin dan perlengkapan minus 0,03 persen.
Sedangkan dari sisi permintaan angka inflasi April 2020, tercatat 0,08 persen, sangat rendah bila dibandingkan periode Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
"Dari sisi pengeluaran saya mencatat konsumsi rumah tangga sebesar 2,84 persen dan pengeluaran pemerintah 3,74 persen menjadi lokomotif pertumbuhan. Namun, tolong dilihat konsumsi untuk lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga yang mengalami kontraksi sampai minus 4,91 persen, ini harus dilihat betul," jelas Presiden.
Oleh karena itu Kepala Negara menekankan penyaluran bansos dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun dari dana desa dan program padat karya tunai dalam pekan ini harus dipastikan sudah berjalan di lapangan.
"Bansosnya harus sudah diterima masyarakat, program padat karyanya juga sudah jalan di lapangan," kata Presiden.
Baca juga: Presiden: Kurva COVID-19 harus turun pada bulan Mei dengan cara apapun
Baca juga: Presiden : Kinerja ekonomi kuartal I masih baik dibanding negara lain
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020