Kementerian Pertanian telah mengantisipasi dampak musim kemarau dengan mengalokasikan bantuan berupa pompa air dan sumur suntik bagi petani.Melalui berbagai bantuan ini dapat dipastikan kegiatan penyediaan pangan tetap berjalan
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi di Jakarta, Kamis, menjelaskan pihaknya telah mengantisipasi sejak awal potensi terjadinya kekeringan di sejumlah daerah.
Baca juga: Antisipasi kemarau, Presiden: Pastikan ketersediaan air di pertanian
Hadirnya bantuan pompa air dan sumur suntik diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, tidak hanya tahun ini, tapi untuk tahun-tahun ke depan setiap kali memasuki musim kemarau.
"Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kami memastikan bahwa bantuan pompa air dan sumur suntik diberikan sesuai target yaitu para petani yang berada di daerah-daerah rawan kekeringan sehingga mereka masih tetap dapat bertani di tengah musim kemarau," kata Suwandi.
Selain bantuan pompa dan sumur suntik, Kementan pun melakukan percepatan tanam dengan penyaluran benih unggul, mengawal ketersediaan pupuk, gerakan percepatan olah tanah dengan traktor dan pomp.
Dengan demikian, meski terjadinya musim kemarau, melalui berbagai bantuan ini dapat dipastikan kegiatan penyediaan pangan tetap berjalan.
Suwandi mengatakan bantuan pompa dan sumur suntik tersebut merupakan tindak lanjut atas instruksi Presiden Joko Widodo dalam mengantisipasi perkiraan cuaca oleh BMKG yang menyebutkan 30 persen wilayah zona musim akan mengalami kemarau lebih kering dari biasanya pada tahun ini.
Kepala Seksi Penanggulangan Dampak Kekeringan Ditjen Tanaman Pangan Kementan Yunita Fauziah menambahkan dalam menghadapi musim kemarau pada 2020 ini, Kementan mengalokasikan pengadaan pompa air sebanyak 2.000 unit kepada daerah yang mengusulkan bantuan.
Kemudian, terdapat juga bantuan pembuatan sumur suntik sebanyak 100 unit kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani yang lahannya mengalami keterbatasan air akibat sumber air/saluran irigasi yang kering atau tidak adanya sumber air/saluran irigasi sehingga petani tetap dapat bercocok tanam.
"Oleh karena itu, kami optimistis petani pada musim kemarau ini tetap dapat menanam. Prediksi BMKG, musim kemarau tahun ini tidak menimbulkan kekeringan seperti tahun 2019," kata Yunita.
Dalam pelaksanaannya, Kementan bekerja sama dengan dinas pertanian tingkat provinsi/kabupaten/kota, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), dan petugas lapang.
Mereka bertugas mendampingi kelompok tani/gabungan kelompok tani yang mendapat bantuan tersebut agar tepat sasaran dan bermanfaat.
Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada tahun ini sebagian besar wilayah di Indonesia akan mengalami musim kemarau yang cenderung normal. Dengan demikian, kecil peluang terjadinya kekeringan meteorologis dibandingkan 2019.
Akan tetapi, harus tetap diwaspadai beberapa wilayah di Indonesia yang akan mengalami kekeringan dari normalnya. Wilayah tersebut di antaranya sebagian Aceh, pesisir timur Sumatera Utara, Riau, Lampung bagian timur, Banten bagian selatan, Jawa Barat, serta Jawa Tengah bagian tengah dan utara.
Kemudian, Jawa Timur, Bali bagian timur, NTB bagian timur, sebagian kecil NTT, Kalimantan Timur bagian tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan dan sebagian Maluku bagian barat dan tenggara.
Baca juga: Presiden: Waspadai 30 persen zona musim alami kemarau lebih kering
Baca juga: Balitbangtan minta petani terapkan panen air antisipasi kekeringan
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020