Magdeburg merintis jalan ke final berbekal keperkasaan empat laga kandang di tiap babaknya termasuk salah satunya leg kedua putaran kedua saat mereka sukses melunasi defisit agregat 0-2 menjadi kemenangan 3-2 atas wakil Cekoslowakia, Banik Ostrava.
Setelah mengungguli Banik 2-0 hingga 90 menit waktu normal leg kedua, sebuah gol dari Juergen Sparwasser pada menit ke-104 di hadapan publik Stadion Ernst Grube memastikan kemenangan dan langkah Magdeburg ke putaran selanjutnya.
Sparwasser juga mencetak gol penentu kemenangan 2-1 bagi Magdeburg di leg kedua semifinal atas Sporting CP (Portugal) yang membuat klub berjuluk Der Club itu menang agregat 3-2 serta mencetak satu tiket menuju De Kuip.
Lawan Magdeburg di final adalah Milan yang saat itu sudah punya koleksi dua trofi Piala Champions (kini Liga Champions) sekaligus juara bertahan Piala Winners.
Arsip laporan pertandingan UEFA memang menyebut Milan yang saat itu ditangani pelatih legendaris Nereo Rocco sudah memasuki senjakala masa keemasannya, tetapi hal itu tak serta merta membuat I Rossoneri sebagai lawan yang mudah.
Di De Kuip, Magdeburg memulai pertandingan dengan hati-hati, tetapi lima menit jelang turun minum mereka memimpin 1-0 setelah memaksa bek Milan Enrico Lanzi mencetak gol bunuh diri.
Hal itu membuat Milan berusaha lebih tampil lebih menyerang pada babak kedua yang di waktu bersamaan mencederai lini pertahanan mereka sendiri.
Walhasil, tim besutan Heinz Kruegel mengeksploitasi hal itu lewat kombinasi umpan-umpan cepat dan pada menit ke-74 gelandang Wolfgang Seguin menggandakan keunggulan Magdeburg, sedangkan Milan sudah hampir tak punya kekuatan untuk mengejar ketertinggalan.
Magdeburg mengangkat trofi Piala Winners di tengah lapangan De Kuip, menahbiskan mereka menjadi tim Jerman Timur pertama yang menjuarai kompetisi bergengsi antarklub Eropa.
Jika bukan karena tetangga mereka di Jerman Barat, Bayern Muenchen, pada tahun yang sama menjuarai Piala Champions --yang juga mereka ulangi dua musim berikutnya--, tentu gema kesuksesan Magdeburg menjuarai Piala Winners akan lebih membahana.
Halaman selanjutnya: Musim 1973/74...
Sukses yang menular
Musim 1973/74 boleh dibilang sebagai puncak masa keemasan sejarah Magdeburg sebagai sebuah klub, sebab raihan trofi Piala Winners membuat mereka menorehkan catatan dwigelar mengawinkannya dengan gelar juara DDR-Oberliga ketiganya.
Magdeburg merupakan klub bentukan 1965 yang berakar dari SV Victoria 96 Magdeburg yang sudah berdiri sejak 1896.
Kesuksesan dwigelar musim 1973/74 tim besutan Kuegler membuat tiga pemainnya yakni Sparwasser, Seguin dan Martin Hoffmann dipanggil memperkuat tim nasional Jerman Timur yang tampil di putaran final Piala Dunia 1974 di Jerman Barat.
Bahkan Jerman Timur sukses mengalahkan Jerman Barat dalam babak penyisihan pertama Grup 1, berkat gol semata wayang Sparwasser di Volksparkstadion, Hamburg, pada 22 Juni 1974.
Sayangnya, langkah Jerman Timur terhenti di fase penyisihan kedua setelah hanya finis di urutan ketiga dengan satu poin lewat hasil imbang 1-1 kontra Argentina, tetapi kalah 0-1 dari Brazil dan 0-2 melawan Belanda.
Hingga penyatuan kembali Jerman pada 1990, Magdeburg secara keseluruhan sudah mengoleksi tiga gelar juara DDR-Oberliga serta tujuh trofi FDGB-Pokal (Piala Jerman Timur).
Kisah sukses Magdeburg memudar memasuki dekade 1980-an dan ketika penyatuan kembali Jerman tercapai, mereka harus rela memulai ambil bagian dari kasta ketiga liga sepak bola.
Pun demikian, Magdeburg akan tetap punya tempat tersendiri dalam sejarah sepak bola sebagai tim Jerman Timur pertama dan satu-satunya yang berhasil menjuarai kompetisi bergengsi antarklub Eropa.
Baca juga: Tiga gol Thierry Henry jadi salam perpisahan Arsenal dengan Highbury
Baca juga: Hari ini tahun 2009, Barcelona lumat Madrid 6-2 di Santiago Bernabeu
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2020