"Bunga rafflesia ini setiap tahun selalu tumbuh di sini, ini tercatat sejak tahun 1985 dan sampai sekarang. Nampaknya wilayah perkebunan HKM di Desa Tanjung Alam ini sudah menjadi habitatnya bunga langka itu," ujar Sultan Bustari, Sekdes Desa Tanjung Alam, Kecamatan Ujan Mas, Jumat.
Baca juga: Lima raflesia arnoldi mekar di Bengkulu
Baca juga: Agam "surga" Rafflesia di Indonesia
Bunga rafflesia yang mekar di perkebunan hutan kemasyarakatan (HKM) Dusun III, Desa Tanjung Alam tersebut, kata dia, mekar sejak tiga hari lalu yakni Selasa (5/5) dan mengundang perhatian warga dan pengunjung dari luar daerah guna melihatnya.
Flora yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu itu tumbuh di lokasi wisata anak-anak yang mereka namakan Bronjong atau berada di dekat perkebunan warga dan berjarak tidak jauh dari pemukiman sehingga mudah dijangkau dan oleh pengurus Karang Taruna Desa Tanjung Alam, kemudian diberi pagar bambu agar bunganya tidak disentuh oleh pengunjung.
Selain terdapat kuntum yang sudah mekar, di lokasi tumbuh juga terdapat dua knop atau bakal putik bunga rafflesia yang diperkirakan enam bulan lagi akan mekar, dan di lokasi lainnya juga ada tanda-tanda keberadaan bunga ini bakal mekar namun letaknya berada jauh masuk ke dalam hutan.
"Bunga itu tumbuh liar, cuma kalau tumbuh langsung di jaga oleh pemuda-pemuda Karang Taruna. Kalau yang tumbuh kali ini terbilang kecil, kalau tahun 2019 lalu yang tumbuh di lokasi itu ada tiga besar-besar termasuk juga bunga bangkai yang tumbuhnya hampir bersamaan dalam posisi berdekatan," tambah dia.
Lokasi bunga rafflesia yang pada memasuki hari keempat mekar ini masih ramai dikunjungi warga setempat maupun dari luar desa kendati bunganya sudah mulai menghitam.
Untuk sampai ke lokasi tumbuh bunga ini para pengunjung ini berjalan menyeberangi jembatan gantung dan menapaki jalanan di pinggir sawah serta lokasi perkebunan warga.
Baca juga: Bunga Rafflesia Arnoldii mekar di Rejang Lebong
Baca juga: Turis luar negeri terpikat Bunga Rafflesia yang mekar di pohon
Baca juga: Dua bunga Rafflesia mekar di kawasan hutan Danau Maninjau
Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020