Survei LSI Denny JA: Efek PSBB belum maksimal

9 Mei 2020 16:20 WIB
Survei LSI Denny JA: Efek PSBB belum maksimal
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa . (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam survei awal Maret - 6 Mei 2020 menunjukkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengurangi penyebaran virus corona terbaru atau COVID-19 yang sudah diterapkan di 18 wilayah Indonesia terlihat belum maksimal.

Peneliti senior LSI Dennya JA, Ardian Sopa dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu, mengatakan, secara umum belum terjadi efek kategori sangat bagus (A) atau istimewa yaitu efek yang secara grafik menunjukkan penurunan sangat drastis kasus baru.

"Seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah harus lebih maksimal menerapkan PSBB. Jika tidak, situasi ini akan memperpanjang masa pemulihan di Indonesia," kata Ardian sambil menambahkan tiga sumber data yang digunakan surveinya yaitu Data Gugus Tugas, Data Worldometer, dan data WHO.

Ardian mengatakan, Indonesia dapat mencontoh sukses di dunia, yaitu efek kategori A (istimewa) terjadi pada empat negara Korea Selatan, Jerman, Australia dan Selandia Baru. Dari grafik rentang satu sampai dua bulan, pada empat negara itu terlihat puncak pandemik COVID-19 sudah terlewati, sehingga kasus baru menurun secara sangat drastis.

Baca juga: LSI Denny JA: Indonesia akan normal virus Corona pada Juni 2020
Baca juga: Survei: Mayoritas masyarakat beribadah di rumah saat Ramadhan
Baca juga: Denny: Indonesia berpotensi lima besar COVID-19 jika mudik dibolehkan


LSI Denny JA untuk kepentingan analisis menyusun efek PSBB dalam empat kategori. Kategori ini dibedakan dengan melihat kasus baru harian (sekali lagi kasus harian) antara sebelum dan sesudah diterapkannya PSBB. Data LSI Denny JA, belum ada satupun wilayah yang saat ini menerapkan PSBB masuk ke dalam tipologi A (istimewa).

Dalam tipologi B (baik), dari data yang diolah dan dianalisis oleh LSI Denny JA, menunjukkan bahwa ada empat wilayah yang masuk tipologi ini. Keempat wilayah tersebut adalah Provinsi DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat.

Dalam tipologi C (cukup), dari data yang diolah dan dianalisis oleh LSI Denny JA menunjukkan bahwa ada lima wilayah antara lain Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

Dalam tipologi D (kurang), dari data yang diolah dan dianalisis oleh LSI Denny JA menunjukkan bahwa ada sembilan wilayah yang masuk ke dalam kategori ini, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Cimahi, Kota Pekanbaru, Kota Surabaya, Kota Banjarmasin dan Kota Tangerang.

Ardian mengatakan, penyebab efek PSBB di 18 wilayah Indonesia belum maksimal diukur dari pertama, kegiatan agama. Kedua, kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Ketiga, kegiatan sosial budaya. Keempat, kegiatan transportasi umum.

Dari empat kegiatan itu, terjadi banyak pelanggaran di 18 wilayah itu, dalam derajat yang berbeda, terutama pada kegiatan agama dan kegiatan di tempat umum.

LSI Denny JA menyarankan agar pemerintah daerah bersama dengan pemimpin masyarakat, ulama, bahkan ketua RT, para 'influencer', juga kepala rumah tangga harus lebih giat lagi menerapkan PSBB.

Kemudian saatnya para relawan terpanggil melakukan perannya masing masing. Para 'influencer' sebagai misal dapat ikut berkampanye pentingnya protokol kesehatan seperti jaga jarak, pemakaian masker, cuci tangan, dan ibadah di rumah saja.

"Vaksin belum ditemukan. Satu satunya senjata yang bisa dilakukan adalah PSBB dan protokol kesehatan. Bersama kami targetkan, di bulan Mei 2020, kasus baru terpapar COVID-19 harus menurun drastis," demikian Ardian Sopa.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020