Renni Suhardi dalam siaran pers Humas ITB, Selasa, mengatakan saat ini banyak dilaporkan berbagai kasus tenaga medis dan dokter terinfeksi COVID-19 saat bertugas, meskipun telah dilengkapi dengan APD yang sesuai dan juga prosedur pemakaian yang baik.
Tim menganalisis, kemungkinan paparan terjadi dari pengelolaan alat pelindung diri (APD) yang digunakan, baik saat berinteraksi dengan pasien maupun saat berganti APD.
Baca juga: Kemenparekraf beri bantuan APD dukung Gerakan Kurva Landai Gugus Tugas
APD yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yakni sekali pakai (disposable) dan pakai ulang (reusable).
Perangkat disinfeksi dan pretreatment tersebut menggunakan ozone gas sebagai disinfektan.. Renni mengatakan, alat yang diusulkan tersebut akan dibuat dua jenis sesuai tujuannya, yakni kabut ozon (ozone mist) untuk APD pakai ulang, misalnya baju hazard, face shield dan kacamata safety, setelah digunakan.
Sedangkan gas ozon untuk pretreatment APD sekali pakai, misalnya masker dan sarung tangan, sebelum dibuang.
"Keduanya menjadi alat yang efektif karena dapat membunuh virus dalam waktu hitungan mulai dari tujuh atau sepuluh detik sesuai kajiannya dalam disinfeksi mikroorganisme," ujar Renni.
Baca juga: Pertamina-Bhayangkari bantu APD untuk RS Bhayangkara
Renni menjelaskan, dalam penggunaannya, alat berbasis ozon sebagai disinfektan ini tidak terjadi kontak langsung dengan manusia, karena hanya memerlukan APD dan pakaiannya saja yang disimpan di kontainer yang tertutup rapat.
Pertimbangan pemilihan ozon sendiri karena dengan konsentrasi yang tepat adalah desinfektan yang aman bagi manusia, tidak meninggalkan residu karena ozone akan ditransformasikan kembali menjadi O2 (oksigen), dan tidak ada bahan habis (consumables) yang harus dibeli selama pemakaian.
Kini alat tersebut sudah dalam tahap prototipe dan siap diluncurkan untuk produksi massal. Harapannya alat kontainer pembersih dan sterilisasi APD ini menjadi alternatif solusi penyelesaian masalah perlindungan tenaga medis dan manajemen rumah sakit.
Perangkat untuk desinfeksi APD pakai ulang dan pretreatment APD dikembangkan oleh Ketua Peneliti Ir V Sri Harjati Suhardi, PhD bersama dosen dan alumni ITB yakni Intan Taufik (Biologi ’93, dosen Prodi Mikrobiologi SITH) Ir Suharso Hermawan (Teknik Elektro ‘82), Ir Eddy Soentjahjo (Teknik Kimia ‘82), dan Ir Edy Sucipto (Teknik Elektro ‘89), Ahmad Benyamin (FT82).
Penelitian ini didanai oleh Program COVID-19 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) ITB.
Baca juga: Pengiriman APD ke Flores dan Sumba gunakan pesawat carter
Baca juga: TransJakarta distribusikan 500 APD untuk 25 Puskesmas
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020