"Terkadang bagaimana memberikan pesan yang pas, yang sederhana, yang mudah dimengerti dari berbagai stratifikasi masyarakat ini yang menjadi tantangan di komunikasi publik," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo Prof Dr Widodo Muktiyo saat diskusi daring terkait "Dua Bulan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19" di Jakarta, Rabu.
Dalam menjalankan tugas selama dua bulan terakhir terkait pandemi COVID-19, komunikasi publik menghadapi dinamika even yang bermacam-macam dari waktu ke waktu.
Baca juga: Kominfo: Masyarakat sudah mulai paham kondisi pademi COVID-19
"Hari-hari ini dinamika even yang sangat kuat adalah tidak mudik," ujar dia.
Hal ini menjadi situasi yang menarik sebab pada hakikatnya dalam diri masing-masing individu masyarakat terdapat keinginan untuk mudik, namun kemudian harus mengerti bahwa situasi ini akan merugikan orang banyak.
Dari sini, kata dia, dinamikanya lain lagi yakni bagaimana protokol komunikasi membuat pesan di semua saluran baik media konvensional, televisi, radio, media sosial, website dan sebagainya hingga influencer dari kaum milenial.
"Inilah menjadi tantangan tersendiri dimana harus mengerti dalam tatanan perilaku itu tidak hanya kognifif, namun juga afeksi serta psikomotor," katanya.
Keseluruhan tatanan perilaku tersebut mengikuti, namun dengan suka hati sehingga Kementerian Kominfo dan berbagai pihak terkait lainnya selalu berupaya menyampaikan pesan agar tidak mudik dengan banyak model.
Baik itu bagaimana mudiknya ditunda dulu atau nanti akhir tahun bisa mudik dan sebagainya, ujarnya.
Baca juga: Mensos akui data penerima bansos masih tumpang tindih
Baca juga: Kasus COVID-19 masih meningkat, Pemprov Sumut gelar doa serentak
Baca juga: Presiden minta warga yang belum terdaftar terima bansos untuk lapor
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020