Di sisi lain, pandemi juga membantu mempromosikan pentingnya konsumsi makanan sehat, terutama yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Perusahaan pemasaran FMCG Gurus bertanya kepada 23.000 orang di seluruh Eropa pada bulan April tentang perubahan diet mereka di tengah pandemi. Survei menunjukkan, 72 persen orang lebih suka memilih makanan yang lebih sehat karena pengalaman COVID-19 mereka.
"Hasil menanyakan kekebalan dan kerentanan mereka terhadap penyakit, konsumen akan mengevaluasi kembali diet mereka dan gaya hidup sehari-hari," kata FMCG Gurus dalam laporannya seperti dilansir Medical Daily.
Orang-orang diharapkan mengubah diet mereka menjadi lebih sehat pada tahun 2020 dan seterusnya ketika merasakan ancaman dari COVID-19.
Survei menunjukkan, konsumen cenderung mencari produk dengan bahan-bahan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjadi lebih aktif secara fisik.
Laporan lain dari Ecovia Intelligence menunjukkan, orang-orang di seluruh dunia sudah mulai meningkatkan konsumsi produk organik. Mereka mencari makanan yang mengandung lebih sedikit bahan kimia dan yang bisa membantu meningkatkan asupan nutrisi mereka untuk menghindari penyakit, menurut pendiri dan CEO perusahaan, Amarjit Sahota.
Kebiasaan buruk karena COVID-19
Tak semua orang memulai diet sehat karena pandemi COVID-19. Sebuah studi oleh Pusat Nutrisi Belanda menunjukkan, sebagian orang tetap mengosumsi makanan kurang sehat selama pandemi.
Para peneliti bertanya kepada 1.030 orang Belanda berusia 18 tahun ke atas tentang konsumsi makanan mereka di rumah. Responden mengatakan lebih banyak makanan ringan dan mengonsumsi lebih banyak alkohol karena godaan dan kebosanan.
Pabrikan peralatan Breville melaporkan masalah serupa di Inggris. Mereka menemukan pencarian resep yang meniru makanan cepat saji populer meningkat secara signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Orang-orang mencoba untuk mencoba membuat ayam KFC, Big Mac McDonald's.
Bagaimana di Indonesia?
Beberapa orang mengaku mulai lebih rutin mengonsumsi buah, dua di antaranya Siska P. dan Tiara, dua jurnalis di Jakarta. Siska bahkan mengganti makan malamnya dengan buah naga dicampur yogurt dan sedikit susu.
"Lumayan ada buah-buahan, probiotik dan protein," kata dia yang juga berkeinginan menurunkan berat badannya itu kepada ANTARA, Jumat.
Sementara itu, Aphia T. Billy dan Isra Berlian, yang sama-sama berprofesi sebagai wartawan di Jakarta mengatakan tak lagi mengonsumsi makanan atau minuman manis olahan. Siska juga mengatakan hal serupa. Dia lebih memilih asupan manis dari madu dan kurma.
Di sisi lain, Dini, seorang perempuan yang mengelola usaha kerajinan tangan berbahan kain flanel di Jakarta mengaku tak lagi mengosumsi teh manis, walau belum bisa menghindari asupan makanan yang digoreng. Dia masih memasukkan menu makanan ini ke dalam hidangan berbuka puasanya.
Baca juga: Sehat belum tentu bugar, kenali perbedaannya
Baca juga: Jenis olahraga yang aman selama berpuasa Ramadhan
Baca juga: "Kaum rebahan" merasa lebih gampang lelah saat WFH? Ini penjelasannya
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020