Dilansir Reuters, Sabtu, hal ini mendorong pembuat mobil Jepang itu untuk menjaga pabriknya tetap berjalan pada operasi terbatas.
Penurunan produksi Toyota menggarisbawahi kondisi yang menantang bagi pembuat mobil di seluruh dunia karena dampak dari virus.
Baca juga: Toyota masih enggan bawa Rav4 ke Indonesia
Baca juga: Kendaraan "seven seaters" masih dicintai masyarakat Indonesia
Selain permintaan yang lemah, masalah dengan pengadaan dan langkah-langkah jarak sosial di pabrik juga diperkirakan akan memukul jumlah produksi.
Pembuat mobil itu mengatakan akan menghentikan produksi di semua 15 pabriknya selama empat hari pada bulan depan, sembari menghentikan produksi hingga satu pekan pada 10 lini produksinya, termasuk untuk pembuatan mobil gasoline-hybrid Prius, sedan Corolla, dan 4Runner SUV.
Selain itu, Toyota berencana untuk mengoperasikan hanya satu shift pada lima jalur produksi bulan depan yang akan berlanjut pada dua jalur hingga Juli bahkan Agustus.
Seorang juru bicara Toyota mengatakan pengurangan produksi mewakili pengurangan 40 persen dari rencana awal yang dibuat di awal tahun ini.
Awal pekan ini, Reuters melaporkan bahwa Toyota berencana untuk memangkas hampir sepertiga produksinya di Amerika Utara hingga Oktober.
Toyota diprediksi mengalami penurunan laba operasi hingga 80 persen dalam setahun penuh, dan merupakan capaian terendah dalam sembilan tahun belakangan.
Beberapa analis percaya bahwa penjualan mobil global di seluruh industri dapat merosot hingga sepertiga tahun ini dan bahwa setiap pemulihan akan melambat dan merata karena meningkatnya pengangguran, dan berkurangnya pendapatan sehingga membebani pengeluaran konsumen.
Baca juga: Toyota Indonesia serahkan bantuan untuk tenaga medis lewat PMI
Baca juga: Penjualan mobil di Rusia terjun 72 persen
Baca juga: Toyota rayakan ulang tahun ke-20 Prius dengan edisi khusus serba merah
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020