• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak melonjak ketika permintaan menunjukkan tanda-tanda naik

Harga minyak melonjak ketika permintaan menunjukkan tanda-tanda naik

16 Mei 2020 07:35 WIB
Harga minyak melonjak ketika permintaan menunjukkan tanda-tanda naik
Ilustrasi - Harga minyak naik, harga minyak tinggi, grafik panah tumbuh. ANTARA/Shutterstocks/pri. (ANTARA/Shutterstocks)

Selama sepekan, minyak mentah AS (WTI) melonjak 19,7 persen dan minyak mentah Brent naik 5,2 persen setelah diguyur dengan berita-berita bullish.

Harga minyak mentah AS melonjak ke level tertinggi sejak Maret pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah menguatnya permintaan bahan bakar karena negara-negara di seluruh dunia melonggarkan pembatasan perjalanan yang telah diberlakukan untuk mengekang penyebaran virus corona.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni berakhir naik 1,87 dolar AS atau 6,8 persen menjadi 29,43 dolar AS per barel, mundur dari tertinggi sesi 29,92 dolar AS, tertinggi sejak pertengahan Maret. WTI juga melonjak 9,0 persen di sesi sebelumnya.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli naik 1,37 dolar AS atau 4,4 persen menjadi menetap di 32,50 dolar AS per barel. Brent naik hampir tujuh persen pada sesi perdagangan Kamis (14/5/2020).

Baca juga: Harga minyak naik didukung penurunan persediaan AS dan data IEA

Selama sepekan, minyak mentah AS (WTI) melonjak 19,7 persen dan minyak mentah Brent naik 5,2 persen setelah diguyur dengan berita-berita bullish. Kedua kontrak meningkat untuk minggu ketiga berturut-turut.

Kontrak bulan kedua untuk minyak mentah AS diperdagangkan dengan diskon ke bulan pertama untuk pertama kali sejak akhir Februari, menyiratkan ketatnya pasar, kata Bob Yawger, direktur berjangka energi di Mizuho di New York.

"Bukan kebetulan spread berubah setelah penyimpanan minyak mentah EIA, dan penyimpanan di situs pengiriman NYMEX di Cushing, keduanya mencatat peningkatan penarikan penyimpanan pertama mereka dalam beberapa minggu dalam laporan penyimpanan Rabu (13/5/2020)," katanya.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen besar lainnya telah memotong produksi untuk mengurangi kelebihan pasokan, dan sekarang ada juga tanda-tanda peningkatan permintaan. Data menunjukkan penggunaan minyak mentah harian China rebound pada April karena kilang-kilang meningkatkan operasi.

Namun, pasar tetap berhati-hati dengan pandemi virus corona yang masih jauh dari selesai dan klaster-klaster infeksi baru muncul di beberapa negara di mana penguncian telah diperlonggar.

"Harga minyak telah naik secara signifikan sejak kemarin berkat penilaian situasi yang lebih baik oleh Badan Energi Internasional (IEA)," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Baca juga: Industri migas bertekad tak impor meski harga minyak turun

IEA memperkirakan persediaan minyak mentah global turun sekitar 5,5 juta barel per hari (bph) di paruh kedua.

IEA juga memperkirakan permintaan minyak tahun ini turun 8,6 juta barel per hari, lebih kecil 690.000 barel per hari dari penurunan yang diperkirakan bulan lalu. Pasokan non-OPEC juga diperkirakan turun 3,2 juta barel per hari.

Barclays menaikkan perkiraan untuk Brent dan WTI sebesar 5-6 dolar AS per barel untuk 2020 dan 16 dolar AS per barel untuk 2021. Sekarang terlihat harga Brent rata-rata 37 dolar AS per barel dan WTI pada 33 dolar AS tahun ini. Untuk 2021, bank memperkirakan Brent rata-rata 53 dolar AS per barel sementara WTI rata-rata 50 dolar AS.

"Besarnya ukuran dan kecepatan gangguan dan persediaan akan membutuhkan waktu untuk sepenuhnya diserap, dalam pandangan kami," analis Barclays Amarpreet Singh mengatakan dalam sebuah catatan.

Baca juga: Kementerian ESDM gandeng IEA perkuat energi terbarukan

Pada Rabu (13/5/2020), Badan Informasi Energi AS mengatakan persediaan minyak mentah negara itu turun secara tak terduga. Ini mengurangi risiko bahwa harga akan anjlok menjelang kontrak bulan depan yang berakhir pekan depan.

"Dengan penarikan ini, itu tidak akan sama berbahayanya dengan yang terakhir kali," kata John Kilduff, seorang mitra di Again Capital Management di New York. Menjelang berakhirnya kontrak bulan lalu, ketakutan akan kekurangan penyimpanan mendorong kontrak ke wilayah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Namun, para pelaku pasar tetap gelisah tentang tanggal jatuh tempo kontrak yang akan datang, kata Kilduff.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020