• Beranda
  • Berita
  • Pengusaha khawatir peredaran uang ke daerah diproyeksi turun 80 persen

Pengusaha khawatir peredaran uang ke daerah diproyeksi turun 80 persen

17 Mei 2020 19:42 WIB
Pengusaha khawatir peredaran uang ke daerah diproyeksi turun 80 persen
Ilustrasi - Petugas memasukan kardus berisi uang pecahan rupiah ke dalam mobil untuk didistribusikan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan peredaran uang ke daerah tujuan mudik saat musim Idul Fitri 1441 Hijriah/Lebaran 2020 diproyeksi turun 80 persen karena dampak wabah virus corona jenis baru (COVID-19).

"Yang tadinya diperkirakan aliran uang dari Jakarta ke daerah tujuan wisata sekitar Rp10,8 triliun diperkirakan akan turun 80 persen atau hanya sekitar Rp2 triliun," kata Sarman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Dana itu pun, lanjut Sarman, hanya mengalir melalui kiriman/transfer via bank atau kantor pos dari warga yang masih punya simpanan atau kelebihan untuk dibagikan kepada keluarga di kampung.

"Sehingga Idul Fitri tahun ini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Harapan para pelaku UKM untuk mendapat omzet dan keberuntungan saat momen Lebaran kali ini pupus," katanya.

Pada kondisi normal, aliran uang dari kota ke daerah tujuan mudik saat puncak Idul Fitri selalu naik dari tahun ke tahun.

Dalam kondisi normal, uang yang mengalir ke daerah tujuan mudik tahun 2020 ini diperkirakan sebesar Rp10,8 triliun, naik 13,7 persen dari tahun 2019 sebesar Rp9,5 triliun.

Asumsi Rp10,8 triliun itu dihitung dari jumlah pemudik dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan. Jika tidak ada COVID-19, diperkirakan jumlah pemudik dari Jabodetabek ke berbagai daerah tujuan mudik diperkirakan mencapai 7.640.288 jiwa atau setara 2.546.763 keluarga.

Jika setiap keluarga membawa uang rata-rata Rp4.250.000 juta per keluarga maka dana yang mengalir ke daerah tujuan mudik diperkirakan mencapai Rp10,8 triliun.

Aliran uang dari kota ke daerah ini dinilai mampu menggerakkan perekonomian karena para pemudik akan banyak membelanjakan uangnya di kawasan destinasi pariwisata, oleh-oleh khas daerah, aneka produk UKM seperti makanan/kuliner dan kerajinan daerah, batik dan uang lebaran/saku kepada keluarga.

Kendati kondisinya berat saat Lebaran ini, dunia usaha masih melihat harapan karena kebijakan pemerintah memindahkan libur Lebaran ke akhir tahun.

"Dengan catatan bahwa kondisi ekonomi kita sudah mulai normal dan pendapatan masyarakat sudah mulai membaik sehingga ada kemungkinan mudik dan liburan ke kampung halaman," katanya.

Oleh karena itu, Sarman berharap pemerintah benar-benar mampu mengendalikan penyebaran COVID-19 secepatnya melalui regulasi dan kebijakan yang konsisten, memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan standar protokol yang jelas dan tegas.

"Sehingga badai ini cepat berlalu, dunia usaha dapat aktif dan bergairah kembali," katanya.

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020