Dalam unggahan itu, tercatut nama Kepala Tim Dokter (COVID-19) asal China Prof. Dr. Zhong Nan Shan yang pernah menanggulangi wabah SARS pada 2003.
Unggahan itu berupa kutipan pernyataan dokter Zhong Nan yang dilengkapi foto. Selain itu, terdapat pula sebuah tanda air yang merujuk pada akun Instagram @sanglahinstitute dalam unggahan itu.
Pengacara berusia 60 tahun asal Sumatera Utara itu hanya menambahkan komentar "Tuh dengerin biang nya" pada unggahan di akun @hotmanparisofficial.
Dalam konten itu, disebutkan pernyataan dokter Zhong Nan sebagai berikut:
"Meskipun kelak telah ditemukan obat khusus Covid-19, itu hanyalah obat penyambung sisa nyawa Anda. Sekalipun Anda berhasil sembuh, nyawa Anda tinggal separuh, paru-paru Anda tetap sudah rusak."
Hotman mengunggah konten itu pada Jumat (15/5) dan telah mendapatkan lebih dari 700 komentar dari pengguna Instagram dan disukai oleh lebih dari 25 ribu akun lain.
Namun, benarkah pernyataan dokter Zhong Nan itu terkait paru-paru pasien COVID-19 yang telah sembuh akan tetap rusak dan obat khusus yang akan ditemukan hanya sebagai penyambung nyawa?
Penjelasan:
Komunitas studi mikrososial Sanglah Institute dalam unggahan akun Instagram mereka pada 22 Maret telah mengakui konten terkait dokter Zhong Nan itu merupakan informasi yang salah dan tidak valid.
"Kami atas nama Sanglah Institute memohon maaf sebesar-besarnya atas keteledoran kami dalam mengolah informasi."
"Setelah dilakukan pemeriksaan kembali, postingan yang berisi pernyataan Prof. Dr. Zhong Nan Shan (21/03) nyatanya TIDAKLAH VALID karena tidak didukung oleh data ilmiah yang jelas."
"Kami telah menghapus postingan tersebut pagi ini (22/03) pukul 09.00 WITA," demikian klarifikasi komunitas studi yang bermarkas di Denpasar, Bali itu.
Di sisi lain, salah satu media asal China milik Shanghai United Media Group, Sixth Tone, melaporkan pernyataan resmi dokter Zhong Nan Shan ke sejumlah media lokal di China.
Berikut laporan Sixth Tone:
"Virus corona baru tampaknya tidak meninggalkan kerusakan dalam jangka panjang di paru-paru dari pasien-pasien COVID-19 yang telah sembuh. Tingkatan fibrosis paru, atau jarinan parut paru-paru, pada orang yang terdampak penyakit itu relatif rendah dibanding SARS, demikian pernyataan pakar penyakit pernapasan China Zhong Nanshan."
"Dalam sebuah wawancara pada 14 April dengan media lokal, Zhong yang juga kepala penanganan COVID-19 China mengatakan fibrosis paru di dalam tubuh pasien yang diteliti oleh timnya telah hilang sangat cepat. Sementara pengujian yang menunjukkan penurunan fungsi paru, terutama terkait transfer oksigen, pada beberapa pasien, Zhong percaya efek itu tidak akan bertahan lama."
""Seiring waktu, itu (paru-paru) akan berangsur-angsur pulih. Jadi saya tidak berpikir sebagian besar pasien penyintas COVID-19 akan memiliki efek samping paru yang jelas," kata Zhong."
Klaim: Paru-paru pasien COVID-19 yang telah sembuh akan tetap rusak
Rating: Salah/Disinformasi
Baca juga: Dokter paru: Pasien sembuh dari COVID-19 berisiko alami fibrosis
Baca juga: Dokter paru: ada kemungkinan 'negatif palsu' pada hasil PCR
Cek fakta: Masker dapat menyebabkan hipoksia? Ini faktanya
Pewarta: Tim JACX
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2020