"Uji klinik difokuskan pada pasien pneumonia ringan yang mana sistem imun masih ada yang bisa melawan SARS-CoV-2, dan dengan bahan herbal ini kita bisa meningkatkan sistem imun," kata peneliti LIPI Masteria Yunovilsa Putra selaku koordinator penelitian dan pengembangan imunomodulator dari bahan herbal untuk penanganan COVID-19 dalam seminar daring di Jakarta, Senin.
Masteria menjelaskan bahwa ada dua produk imunomodulator yang sedang dikembangkan, yakni produk berbahan jamur cordyceps (Cordyceps militaris) serta produk yang dibuat dari ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Roxb. var. rubrum Rosc.), meniran (Phylanthus niruri), sambiloto (Andrographis paniculata), dan sembung (Blumea balsamifera).
"Berdasarkan kajian yang kita kerjakan, kedua produk ini mempunyai sifat imunomodulator yakni meningkatkan sistem imun," katanya.
Ia menjelaskan bahwa jamur cordyceps mengandung senyawa aktif cordycepin, adenosine, dan polisakarida. Cordycepin bisa menjadi antiinflamasi dan antivirus, adenosine berpotensi menjadi antivirus dan memiliki aktivitas anti-aritmia, dan polisakarida memiliki aktivitas imunomodulator, antioksidan, anti-tumor dan anti-aging.
Tanaman herbal yang digunakan untuk membuat produk imunomodulator juga mengandung senyawa-senyawa yang bisa membantu tubuh melawan serangan virus.
Masteria mengatakan, uji klinik penggunaan imunomodulator herbal pada pasien COVID-19 akan dilakukan selama 14 hari terhitung dari hari pertama semenjak pasien diberi produk tersebut.
Perekrutan pasien untuk uji klinik produk imunomodulator itu, menurut dia, dapat dimulai pekan depan atau paling cepat setelah Lebaran.
"Kita lebih fokus mengobati COVID-19 dengan meningkatkan sistem imun," tutur Masteria.
Dia berharap hasil uji klinik tersebut sudah didapat pada Juli atau Agustus 2020. Kalau terbukti efektif untuk mendukung pemulihan pasien COVID-19, produk imunomodulator herbal tersebut akan digunakan dalam penanggulangan COVID-19.
"Kita berharap ini nanti kesembuhan di atas 80-90 persen tapi itu perlu kita uji hipotesisnya atau kita uji secara klinis," tuturnya.
Masteria mengatakan bahwa kalau berdasarkan uji klinik imunomodulator herbal itu terbukti membantu pemulihan pasien COVID-19, maka PT Kalbe Farma akan memproduksinya untuk memenuhi kebutuhan nasional.
LIPI melakukan uji klinik penggunaan imunomodulator herbal pada pasien COVID-19 bekerja sama dengan Kalbe, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, serta Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia.
Baca juga:
Jamur Cordyceps berpotensi lawan corona, akan diuji klinik
LIPI kirim sampel obat antiviral COVID-19 ke Kyoto untuk uji in vitro
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020