Membangun hidup bersama COVID-19

18 Mei 2020 21:53 WIB
Membangun hidup bersama COVID-19
Pengunjung beraktivitas di kawasan Kota Tua, Jakarta, Ahad (17/5/2020). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengajak industri pariwisata untuk menerapkan protokol kesehatan yang diterapkan secara ketat untuk menghadapi kehidupan normal yang baru (New Normal) di mana masyarakat harus hidup berdampingan dengan COVID-19. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Tidak ada jaminan kapan kehidupan normal yang lama (old normal) akan kembali, karena hingga saat ini vaksin dan obat spesifik untuk COVID-19 belum berhasil diciptakan. Para peneliti di seluruh dunia masih terus berupaya menemukan vaksin dan obat.

Mau tidak mau, pilihannya adalah harus beradaptasi, harus berupaya membangun kehidupan normal baru (new normal) untuk mampu hidup bersama COVID-19.

Skenario kehidupan normal baru itu harus disiapkan sebagai langkah antisipasi karena tidak ada yang menjamin vaksin dan obat COVID-19 dapat diciptakan dalam waktu segera. Sementara kegiatan ekonomi perlu terus berlanjut demi menyokong kehidupan masyarakat dan negara.

Kehidupan normal baru itu akan menjadi upaya masyarakat untuk membangun ketahanan terhadap kondisi saat ini.

Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang besar bagi melesunya ekonomi. Sebagian kegiatan ekonomi lumpuh, sebagian masyarakat mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), sebagian lagi dirumahkan dengan digaji sebagian atau bahkan tanpa digaji.

Dunia usaha sebagian masyarakat terdampak dan mulai lesu. Tak bisa dipungkiri ada perusahaan yang terpaksa tak beroperasi atau mati suri karena tidak lagi mendapat pesanan barang.

Beberapa sektor industri terdampak sehingga mengakibatkan beberapa permasalahan secara umum diantaranya beberapa kontrak pembayaran yang tertunda bahkan ada yang mengalami pembatalan pesanan, utilisasi produksi menurun akibat penurunan permintaan dan penjualan beberapa industri.

Baca juga: Kementerian BUMN: Kewajiban pegawai BUMN kerja 25 Mei hoaks

Baca juga: BUMN diminta miliki task force penanganan COVID-19


Investasi merosot


Di awal April, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengatakan perekonomian Indonesia berpotensi hanya tumbuh 2,3 persen atau dengan skenario terburuk akan terkontraksi hingga 0,4 persen akibat adanya wabah COVID-19.

Wabah virus Corona menyebabkan kegiatan ekonomi menurun serta menekan kegiatan lembaga keuangan sehingga berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi jauh dari target APBN 2020 yakni 5,3 persen.

Tak hanya itu, Sri Mulyani mengatakan untuk investasi akan merosot cukup tajam dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar 6 persen yakni diperkirakan hanya berada di level 1,12 persen pada skenario berat dan negatif hingga 4,22 persen untuk skenario terberat.

"Transmisi kesehatan menjadi masalah sosial dan ekonomi lalu kemudian masalah ancaman stabilitas keuangan menjadi sangat nyata,” tutur Sri Mulayani dalam konferensi pers di Jakarta.

Jika hal ini terus berlanjut maka keberlanjutan kehidupan sebagian masyarakat akan terancam. Urusan ekonomi, urusan perut, urusan kesehatan akan menjadi sangat runyam. Negara pun punya batas kemampuan dalam terus menanggung seluruh kehidupan masyarakat di masa akan datang.

Untuk itu, perlu menyeimbangkan urusan kesehatan dengan ekonomi. Mulai menggairahkan kembali kegiatan ekonomi namun tetap mengedepankan protokol COVID-19.

Akan ada kebiasaan baru, budaya baru, pola hidup baru yang akan membantu masyarakat siap hidup bersama COVID-19 di segala sektor termasuk sektor industri, dunia usaha, sektor pendidikan, sektor perdagangan, sektor jasa dan sektor pengangkutan

"Selama vaksin belum ditemukan, obat spesifik belum ditemukan lebih baik kita menyiapkan diri untuk hidup dengan COVID-19 artinya kita bergerak pada paradigma normal baru atau kebiasaan baru, new normal," kata Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro dalam webinar, Jakarta, Senin.

Baca juga: Merry Riana: Tunda kesenangan untuk kemenangan lebih besar

Baca juga: AP I siapkan pedoman kesehatan di situasi "new normal"



Tidak ketat

Ada beberapa penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya yakni demam berdarah dan HIV, namun masyarakat tetap bisa hidup bersama dengan penyakit itu. Ini juga harus bisa dilakukan saat menghadapi wabah COVID-19, meskipun ini sulit.

Dengan kehidupan new normal, masyarakat diharapkan bisa beraktivitas normal meskipun tidak seperti yang dulu karena tentunya harus menerapkan kebiasaan baru, aturan baru dan protokol spesifik untuk mencegah penularan COVID-19.

Setidaknya dalam kondisi normal baru ini, masyarakat bisa menjalankan kegiatannya tetapi tidak seketat seperti yang terjadi di pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sekarang ini.

Bagaimanapun, kata Menristek Bambang, selama vaksin atau obat belum ditemukan, mau tidak mau jaga jarak tetap akan ada dalam berbagai bentuk, dan semua itu harus dibuat dalam panduan menyeluruh yang dibutuhkan dalam kehidupan new normal.

Semua protokol mengenai kehidupan normal baru harus berdasarkan kajian ilmiah, bukan semata-mata informasi belaka. Masukan dari para ahli terkait termasuk ahli epidemiologi menjadi penting dalam membangun skenario kehidupan normal baru.

Untuk itu, Menristek Bambang mendorong seluruh peneliti dan akademisi di Tanah Air untuk melakukan riset terkait penyiapan kehidupan normal baru. Protokol-protokol COVID-19 di tiap sektor harus dibuat secara detail dan dijalankan secara disiplin.

Protokol itu akan menjadi panduan bagaimana masyarakat berperilaku dalam menjalani aktivitas saat harus hidup bersama COVID-19, misalnya implementasi jaga jarak jika berada di pesawat, sektor retail, mal, restoran, kampus, dan sekolah. Bahkan, juga harus diatur bagaimana seharusnya jaga jarak saat menonton film di bioskop.

"Tentunya bisa dilakukan penelitian sejauh mana masyarakat itu siap menghadapi normal baru atau sejauh mana masyarakat siap menghadapi kenyataan bahwa kondisi normal sebelumnya yang mungkin tidak akan ditemukan lagi dalam waktu yang lama," tuturnya.

Baca juga: PT Telkom siap jalankan skenario "The New Normal" setelah Lebaran

Baca juga: KAI siapkan protokol antisipasi skenario "the new normal"



Protokol baru

Protokol itu bertujuan untuk memulihkan kehidupan masyarakat tapi tetap dengan mengedepankan upaya pencegahan penularan COVID-19.

"Kehidupan normal baru, detailnya itu harus luar biasa, tidak bisa pakai protokol standar seperti sekarang orang pakai masker, orang cuci tangan, ini sudah harus spesifik, misalkan kalau di retail seperti apa, naik pesawat seperti apa, mau nonton film di bioskop seperti apa, mau ke kuliah atau sekolah seperti apa," tuturnya.

Dalam skema normal baru, skrining dengan tes diagnostik cepat juga akan sangat berperan penting di masa depan karena tes cepat bisa menjadi penyeleksi. Ke depannya, tidak bisa hanya mengandalkan pengecek suhu tubuh saja.

Dengan tes cepat COVID-19 itu, akan dapat diputuskan misalkan apakah seseorang itu bisa naik pesawat terbang dan apakah seseorang itu bisa menghadiri suatu pertemuan bersama yang banyak orang atau masuk ke tempat yang ramai orang. Jika orang itu positif, maka tentu tidak bisa melakukan penerbangan dengan pesawat dan menghadiri acara tertentu.

Oleh karena itu, perangkat tes cepat COVID-19 ke depannya harus dikembangkan untuk lebih cepat, lebih mudah dan juga lebih akurat dalam mendeteksi COVID-19. Tingkat sensitivitasnya harus semakin ditingkatkan.

Ke depan riset terkait jaga jarak (distancing) juga diperlukan dalam mencari skema kondisi normal baru yang sesuai untuk diberlakukan di wilayah Indonesia.

"Sektor ekonomi itu harus melakukan penelitian yang berbasis epidemiologis bekerja sama dengan ahli epidemiologi untuk memastikan nanti protokol untuk bidang tertentu seperti apa," tuturnya.

Baca juga: Kecenderungan "the new normal" dunia bisa jadi peluang bagi Indonesia

Baca juga: Bank Mandiri terapkan protokol COVID-19 sambut "The New Normal"



Negeri jiran

Di Malaysia, sudah mulai dibuka kegiatan relaksasi tapi dengan batasan yang sangat ketat, seperti restoran tidak boleh diisi penuh bahkan ada kuota satu restoran hanya boleh didatangi sekian orang.

Di Thailand, toko-toko menyediakan kantong plastik untuk menempatkan uang tunai dari dan ke pelanggan saat melakukan transaksi belanja. Dengan begitu, konsumen tidak harus menyentuh langsung uang kertas yang diberikan oleh toko tapi mendapatkannya dalam plastik.

Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus penyebab COVID-19 yang masih bisa melekat baik pada kertas atau material lain.

Dalam skema "new normal", bisa saja diatur dengan jaga jarak saat dalam pesawat, entah harus ada bangku yang tidak diisi atau bisa diisi semua tapi harus memakai pelindung diri seperti face shield, masker dan sarung tangan. Protokol di tiap sektor dalam skema kehidupan normal baru hanya bisa disiapkan lewat riset.*

Baca juga: Taspen siapkan Protokol COVID-19 sambut "The New Normal"

Baca juga: PTBA tunggu keputusan pemerintah berlakukan masuk kerja di kantor

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020