Menteri Edhy dalam kunjungannya ke Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa, mengingatkan bahwa ekspor komoditas tersebut dari Kepulauan Seribu, baru mencapai 300 ton per bulan, sedangkan permintaan pasar Vietnam mencapai 3.000 ton per bulan.
"Ini merupakan peluang pasar yang harus dimanfaatkan oleh kita semua, baik pembudidaya maupun pelaku pasar maupun eksportir," kata Edhy.
Pemanfaatan rumput laut, juga bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar di tengah pandemi COVID-19, apalagi harga rumput laut yang sempat jatuh, kini kembali stabil.
Untuk itu, ujar dia, Menteri Edhy meminta peluang budidaya dari sektor rumput laut dioptimalkan.
Adapun rumput laut jenis Spinosum sp, juga lebih adaptif dan tahan terhadap penyakit tertentu sehingga memiliki resiko usaha yang lebih rendah.
Selain itu, ujar dia, rumput laut juga menyerap 40 persen karbon, sehingga mampu untuk membantu memperbaiki kualitas udara dan lingkungan.
"Spinosum memang cocok. Kita akan lakukan apa yg bisa kita perbuat, akan kita bantu. Rumput laut tidak perlu repot, sekali tanam panen terus," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan.
Di tempat yang sama, Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto memaparkan Indonesia sebagai penghasil rumput laut terbesar kedua setelah China.
Beragam jenis rumput laut dapat dibudidayakan yakni Euchema cottonii (penghasil kappa carrageenan), Gracillaria sp. (penghasil agar-agar), Sargassum (penghasil alginat), Caulerpa sp. (dapat dikonsumsi dalam kondisi segar), Spinosum sp (penghasil carrageenan), Gelidium amanzii dan Ptylophora sp. (penghasil biofuel dan kertas).
"Saat ini Indonesia memiliki 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi," terang Slamet.
Angka sementara produksi rumput laut Indonesia sepanjang tahun 2019 mencapai 9,92 juta ton. Slamet menyebut mayoritas produksi dihasilkan dari jenis Euchema cottonii dan Gracillaria sp.
Pada 2020, KKP menargetkan produksi rumput laut sebesar 10,99 juta ton. "Target akan terus meningkat hingga tahun 2024 menjadi sebesar 12,33 juta ton," jelasnya.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020