Seorang kakek yang merawat cucunya selama 17 tahun di Perak Barat, Kota Surabaya, Jawa Timur, akhirnya mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah setelah ramai diperbincangkan di media sosial karena tidak masuk data penerima bansos.Kami bersyukur sekali, paling tidak bantuan ini dapat sedikit meringankan beban hidup dari keluarga miskin ini.
"Kami bersyukur dan berterima kasih sekali atas respons cepat dari pihak kelurahan dan Dinas Sosial Surabaya yang sudah membantu mendapatkan bansos buat Pak Nanang Sopedarto (53) dan cucunya Diva Nabila," kata Ketua Komunitas Tolong Menolong Daniel Lukas Rorong saat mendampingi Nanang mengambil bansos di Balai RW Perak Utara, Selasa.
Menurut Daniel, nama Nanang sudah tercantum sebagai salah satu penerima bantuan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dari pemerintah. Sehingga Nanang setiap bulannya nanti akan menerima paket bantuan sembako senilai Rp200 ribu dari Kementerian Sosial serta tambahan bantuan suplemen pangan senilai Rp100 ribu.
"Jadi, ada selisih jeda satu hari setelah ada pemberitaan, ternyata nama Pak Nanang masuk dalam daftar penerima bantuan KKS. Jadi, kami bersyukur sekali. Paling tidak, bantuan ini dapat sedikit meringankan beban hidup dari keluarga miskin ini," kata Daniel.
Selain itu, lanjut dia, pihak Kelurahan Perak Barat juga saat ini sedang memproses akte kelahiran Diva Nabila yang nantinya sekalian akan dimasukkan namanya di Kartu Keluarga (KK) kakeknya.
Selanjutnya, relawan kemanusiaan ini berharap adanya penanganan medis terhadap penyakit yang di derita oleh Diva Nabila. Termasuk untuk pembuatan serta pengurusan kartu BPJS kesehatan secara gratis.
Daniel mengatakan selama 17 tahun lamanya, Diva Nabila hanya bisa tergolek lemah dan berbaring di ranjangnya akibat penyakit cerebral palsy yang dideritanya saat berusia 6 bulan.
Daniel juga berharap agar keluarga miskin ini direlokasi ke rumah susun milik pemerintah, mengingat kondisi tempat tinggal kontrakannya saat ini di kawasan Jalan Ikan Gurami, Kelurahan Perak Barat, Kecamatan Krembangan, Surabaya, tidak layak huni.
Selain kumuh dan pengap, lanjut dia, juga tidak ada septictank. Bahkan saluran air di kontrakannya sendiri sudah tidak dialiri lagi, sehingga Nanang harus menimba air dari tetangganya dengan menggunakan ember.
"Kami sendiri sebenarnya sudah siap untuk melakukan bedah rumah seperlunya, termasuk pembuatan septitank di kontrakan Pak Nanang. Tapi kalau memang keluarga ini bisa direlokasi ke rumah susun milik pemerintah, itu jauh lebih baik," katanya.
Daniel juga bersyukur, ibu kandung Diva Nabila, Anita Noviandry (38) sudah menengok bahkan berjanji akan ikut merawat putri pertamanya tersebut ke depannya.
Menurut Nanang, cucunya tersebut sakit syaraf sejak Nabila berusia 6 bulan. Nabila sempat dirawat di RSUD dr. Soetomo, Surabaya namun karena keterbatasan biaya, Nabila diputuskan rawat jalan.
Nanang mengaku juga sempat mencoba pengobatan alternatif. Tapi biaya tidak ada sehingga sejak 2005, pemilik nama Diva Nabila Lailiyah kelahiran 23 Maret 2003 ini tidak lagi mendapatkan penanganan.
Nabila sendiri, menurut cerita Nanang, sudah dititipkan ibunya sejak 2005 saat berusia 2 tahun. Sedangkan ayahnya, sudah lebih dahulu pergi meninggalkan Nabila sejak masih berusia 3 bulan dan tidak ada kabarnya sampai sekarang.
"Jadi, saya bergantian mengurus Nabila bersama Supriyati (59 tahun), kakak saya yang juga Neneknya Nabila," kata Nanang yang sempat bekerja sebagai security dan kuli bangunan ini.
Namun sejak 2014 sampai sekarang, Nanang nganggur karena tidak memiliki pekerjaan. Beruntung, Supriyati, kakaknya, dapat pekerjaan meski serabutan di kantin perusahaan di kawasan Surabaya Barat.
"Jadi, kalau makanannya tidak habis, bisa dibawa pulang dan kami makan di rumah," ujar Nanang yang sudah lama menduda ini.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020