"Kita harus membawa sepak bola profesional kembali dekat kepada masyarakat. Kita harus memikirkan salary cap," kata Keller seperti dikutip laman resmi DFB.
"Komisi-komisi untuk para penasehat pemain dan nilai transfer yang besar semakin menjengkelkan masyarakat dan memisahkannya dari olahraga yang kita cintai ini," tambahnya.
Baca juga: Normal baru Bundesliga di bawah tatapan satu miliar pemirsa
Baca juga: Dilirik banyak klub, Havertz disarankan tetap bertahan di Leverkusen
Salary cap merupakan batasan gaji yang harus dipatuhi para klub peserta kompetisi. Sebagai contoh, pada kompetisi bola basket NBA, batasan gaji maksimal adalah sebesar 49 sampai 51 persen pendapatan tahunan.
Ia menambahi bahwa sepak bola Jerman perlu melakukan kritik mandiri, dan krisis akibat COVID-19 telah menawarkan kesempatan untuk melihat ke depan dan mereposisi sepak bola agar dapat menjaganya demi generasi yang akan datang.
Selain itu, bagi Keller, kapasitas tes COVID-19 di sepak bola dapat membantu masyarakat secara umum.
"Saya melihat sepak bola memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi... Pencegahan dan tes-tes skala besar dapat membantu menahan penyebaran virus sampai vaksinnya dikembangkan," yakinnya.
"Politik dan sains mestinya memilih untuk melakukan tes-tes pencegahan, di sana sepak bola akan melakukan kontribusinya dengan pendekatan ini, dengan kekuatan, popularitas, logistik, dan infrastruktur yang luar biasa," pungkas mantan presiden SC Freiburg itu.
Pada Sabtu (16/5), Liga Jerman menjadi satu-satunya kompetisi papan atas Eropa yang dilanjutkan setelah ditangguhkan dua bulan lalu akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: Bundesliga ingatkan pemain tak ulangi kelakuan pemain Hertha
Baca juga: Rangkaian rekor dicatat Bayern saat gebuk Union Berlin
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020