"Dengan Nottingham kita kerja sama untuk membuat formula. Jadi kalau eksperimen seperti ini kan parameter harus pas," kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko dalam wawancara bersama ANTARA, di Jakarta, Rabu.
Saat ini, LIPI sudah memiliki alat untuk melakukan whole genom sequencing tanpa perlu melakukan kultur atau perbanyakan virus.
Baca juga: LIPI sebut vaksin COVID-19 belum akan ditemukan dalam waktu dekat
Dengan demikian, semua sampel klinis dari pasien positif COVID-19 dapat diuji tanpa perlu khawatir apakah konsentrasi virusnya banyak atau sedikit.
Sementara yang dilakukan Lembaga Eijkman dan Universitas Airlangga bergantung dengan konsentrasi virus dalam sampel itu. Jika konsentrasi sedikit, maka virus harus dikultur. Itu merupakan cara konvensional.
Sedangkan alat yang ada di LIPI saat ini, sistem pengerjaannya lebih modern sehingga perlu membuat satu formula pas untuk mendukung whole genom sequencing itu.
Dari hasil whole genom sequencing , maka dapat diketahui karakter biologis virus yang sangat berguna untuk membuat protokol dan strategi dalam hidup bersama dengan virus penyebab COVID-19 ataupun membuat vaksin dan obat COVID-19 nantinya.
***3***
Baca juga: LIPI ciptakan kandidat obat herbal perkuat imunitas lawan COVID-19
Baca juga: LIPI kembangkan obat dan alat uji COVID-19 hingga solusi untuk UMKM
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020