Pemanfaatan Wisma Wanagama di Kecamatan Playen itu ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman antara Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi dengan Rektor UGM Prof Panut Mulyono di Wanagama, Kamis.
"Saat ini Pemkab Gunungkidul mengintensifkan rapid test dan bagi yang reaktif nantinya dilakukan pengambilan sampel swab. Selama menunggu hasil uji swab, mereka dapat dikarantina agar mencegah peluang penularan. Oleh karena itu, kami menawarkan wisma Wanagama menjadi tempat karantina," kata Dekan Fakultas Kehutanan UGM Budiadi.
Menurut Budiadi, pemilihan rumah peneliti Wanagama menjadi tempat karantina ini untuk mendukung pemenuhan kebutuhan ruang karantina bagi pasien reaktif di Gunungkidul.
Sementara itu RSUD Gunungkidul akan diprioritaskan untuk pasien positif COVID-19 yang membutuhkan perawatan intensif.
Hal ini, lanjut dia, sebagai langkah preventif sekaligus rehabilitatif dalam proses perawatan orang yang dinyatakan reaktif setelah melalui uji PCR dalam tes cepat.
Budiadi menyebutkan sebanyak delapan paviliun di Wanagama telah disiapkan untuk ruang karantina. Delapan paviliun tersebut terdiri dari tujuh paviliun untuk ruang karantina dan satu paviliun sebagai ruang medis atau perawatan.
Tiap paviliun, katanya, dilengkapi dengan fasilitas empat toilet, dua dapur, dua kamar tidur, serta satu ruang bersama. "Total kami siapkan 46 tempat tidur untuk pasien karantina dan empat tempat tidur bagi tenaga medis," kata dia.
Rektor UGM Panut Mulyono menjelaskan bantuan tempat itu juga menunjukkan bahwa modal sosial di DIY sangat besar. Modal sosial tersebut, yakni keguyuban, solidaritas, serta rasa senasib sepenanggungan, karena berada di wilayah yang sama.
Dengan upaya ini, menurut Panut, UGM juga ingin menunjukkan bahwa dibangunnya Wanagama tidak semata-mata didedikasikan hanya untuk kebutuhan pendidikan. Fasilitas itu dibangun juga untuk kemanfaatan warga sekitar serta Kabupaten Gunungkidul pada umumnya.
Ia berharap para pasien yang menempati salah satu wisma di Wanagama ini dapat cepat proses penyembuhannya. Suasana tenang serta pemandangan hutan di lokasi itu dapat dijadikan terapi pula yang disebut sebagai forest healing.
"Karantina akan berlangsung hingga 30 Juni mendatang, tetapi bisa diperpanjang tergantung kebutuhan. Tempat ini akan tersedia hingga pandemi ini usai," kata Panut.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020