• Beranda
  • Berita
  • Pakar Gugas Tugas: Aplikasi BLC pertajam data penanganan COVID-19

Pakar Gugas Tugas: Aplikasi BLC pertajam data penanganan COVID-19

26 Mei 2020 15:28 WIB
Pakar Gugas Tugas: Aplikasi BLC pertajam data penanganan COVID-19
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam tangkapan layar akun Youtube BNPB Indonesia saat menayangkan jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (26/5/2020). (ANTARA/Dewanto Samodro)

Peta risiko tersebut juga akan mempermudah bagi para pelaku perjalanan yang karena tugas dan pekerjaannya tetap harus melakukan perjalanan.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengajak masyarakat untuk mengunduh dan memasang aplikasi "Bersatu Lawan COVID" untuk mempertajam data penanganan COVID-19 di Indonesia.

"Semakin banyak yang download dan berpartisipasi melalui aplikasi 'Bersatu Lawan COVID', maka analisis data penanganan COVID-19 akan semakin tajam," kata Wiku dalam jumpa pers secara daring yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dipantau dari Jakarta, Selasa.

Wiku mengatakan aplikasi "Bersatu Lawan COVID" merupakan sistem data terpadu yang terhubung di seluruh Indonesia. Partisipasi aktif masyarakat akan mempermudah analisis data untuk menggambarkan peta risiko masing-masing wilayah.

Peta risiko tersebut juga akan mempermudah bagi para pelaku perjalanan yang karena tugas dan pekerjaannya tetap harus melakukan perjalanan.
Baca juga: Pakar: Data ibarat navigasi di kala pandemi
Baca juga: Aplikasi "Bersatu Lawan COVID" berbasis literatur terpercaya


"Bagi pelaku perjalanan yang memerlukan surat izin keluar masuk Jakarta, juga akan semakin mudah mendapatkan dan mempermudah pengecekan petugas di lapangan," tuturnya.

Berdasarkan analisis data terhadap perkembangan kasus dan penanganan COVID-19, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 telah membuat peta risiko berdasarkan kewilayahan.

Wilayah yang memiliki risiko tinggi akan digambarkan dengan warna merah, sedangkan warna hijau untuk risiko ringan dan warna biru untuk wilayah yang tidak ada kasus COVID-19.

"Peta risiko ini berbasis data, bukan permodelan. Perlu peran aktif masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan untuk menghijaukan atau membirukan wilayahnya dalam peta risiko," jelasnya.
Baca juga: Hari Buruh, asosiasi ojol ajak semua pihak bersatu lawan dampak Covid

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020