• Beranda
  • Berita
  • PBB adakan pertemuan terkait bantuan negara berkembang terdampak COVID

PBB adakan pertemuan terkait bantuan negara berkembang terdampak COVID

27 Mei 2020 02:43 WIB
PBB adakan pertemuan terkait bantuan negara berkembang terdampak COVID
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed. ANTARA/Reuters
Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berencana bertemu dengan belasan pemimpin dunia pada hari Kamis (28/5) untuk membahas dukungan keuangan bagi negara-negara berkembang yang terpukul keras oleh kejatuhan ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Pertemuan daring itu dilakukan di tengah melonjaknya infeksi COVID-19 di negara-negara berkembang dan peringatan bahwa biayanya akan melebihi perkiraan awal 2,5 triliun dolar AS bagi mereka untuk menghadapi krisis.

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Kanada, Jamaika, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed menyebutkan banyak negara berkembang, termasuk negara-negara berpenghasilan menengah, kekurangan dana yang cukup untuk memerangi pandemi dan berinvestasi dalam pemulihan.

"Pekerjaan sedang berlangsung. Akan tetapi, itu tidak cukup mendesak," katanya kepada wartawan dalam taklimat secara daring.

Baca juga: PBB bantah tuduhan AS manfaatkan pandemi COVID-19 promosikan aborsi

Baca juga: Ketegangan AS, China terkait COVID-19 meningkat dalam pertemuan DK PBB

Baca juga: PBB peringatkan krisis kesehatan mental global karena pandemi COVID-19


Mohammed mengatakan bahwa tawaran oleh G20 dan kreditor Klub Paris untuk menunda pembayaran utang bilateral resmi untuk negara-negara termiskin hingga akhir 2020 adalah awal yang kritis. Akan tetapi, upaya lebih lanjut akan diperlukan.

Dari 77 negara yang memenuhi syarat, sejauh ini hanya 22 yang secara formal telah meminta penundaan, sementara lainnya menyatakan keprihatinan bahwa hal itu dapat membahayakan kemampuan jangka panjang mereka untuk meminjam uang.

Pertemuan pada hari Kamis, kata Mohammed, akan mencakup peserta dari Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Uni Afrika, Lembaga Keuangan Internasional dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OCED). Tujuannya adalah untuk menyampaikan proposal nyata dalam 8 minggu.

Sebuah rancangan konsep makalah untuk pertemuan yang dilihat oleh Reuters menyerukan IMF untuk meningkatkan likuiditas global dengan mengeluarkan alokasi baru mata uang Hak Penarikan Khusus, sebuah langkah yang telah ditentang oleh Washington.

Ini juga mendukung penghentian pembayaran utang untuk semua negara berkembang yang meminta penundaan—tidak hanya yang dicakup oleh penangguhan hutang G20—dan meminta solusi proaktif oleh kreditor sektor swasta untuk menghindari biaya yang lebih tinggi dari disorderly wave of defaults.

Sumber: Reuters

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020