• Beranda
  • Berita
  • Indef ingatkan skenario normal baru tidak mudah dan perlu biaya

Indef ingatkan skenario normal baru tidak mudah dan perlu biaya

27 Mei 2020 14:16 WIB
Indef ingatkan skenario normal baru tidak mudah dan perlu biaya
Ilustrasi: Petugas memeriksa suhu tubuh pengunjung pusat perbelanjaan Plaza Indonesia di Jakarta, Kamis (5/3/2020). Pemeriksaan suhu tubuh tersebut merupakan upaya untuk mengantisipasi penyebaran virus corona atau Covid-19. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pras.

Ini tidak mudah dan perlu biaya. Bukan sekadar mal dibuka tapi masing-masing usaha juga harus diatur

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad meminta kepada pelaku usaha agar dapat menyiapkan protokol kesehatan yang tepat dalam rangka menyambut kondisi normal baru atau new normal.

“Menurut saya ada beberapa syarat untuk menjalankan new normal, salah satunya adalah syarat teknis yang harus dipenuhi seperti social distancing dan protokol kesehatan,” katanya saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu.

Tauhid mengatakan persiapan protokol kesehatan menjadi hal utama dalam menyambut kondisi normal baru mengingat kasus COVID-19 di Indonesia masih tergolong tinggi dan belum menunjukkan adanya penurunan.

“Tidak apa-apa sosialisasi soal new normal tapi ini lihat dulu indikator (protokol kesehatan) yang penting,” ujarnya.

Baca juga: Wilayah penerapan tatanan normal baru akan diperluas

Tauhid menuturkan terkait rencana pemerintah yang mulai membuka kembali aktivitas perekonomian seperti tempat perbelanjaan akan membutuhkan penanganan dan persiapan protokol kesehatan yang berbeda-beda.

“Apa pasar dan mal siap dengan situasi seperti itu karena agak berat, terutama bagi usaha yang sangat mengandalkan kerumunan massa, termasuk mal akan berkurang separuh,” jelasnya.

Menurutnya, dalam mempersiapkan protokol kesehatan membutuhkan biaya banyak dan tidak mudah, seperti restoran yang harus menyiapkan tempat makan dengan tingkat privasi lebih tinggi karena tidak bisa memasukkan orang lebih banyak.

“Ini tidak mudah dan perlu biaya. Bukan sekadar mal dibuka tapi masing-masing usaha juga harus diatur,” tegasnya.

Baca juga: Aprindo berharap bila mal dibuka disertai jam operasional normal

Baca juga: Pengusaha ritel siapkan SOP karyawan dan pengunjung, bila mal dibuka


Tak hanya itu, Tauhid juga menegaskan bahwa kesadaran masyarakat terkait physical distancing turut menjadi prioritas, sehingga pemerintah masih perlu terus memberikan sosialisasi tentang protokol kesehatan yang baik dan benar.

“Masyarakat kita agak kurang begitu baik dan cenderung abai bisa dilihat dari antusias mudik,” ujarnya.

Ia mengatakan adanya pengawasan terhadap kesehatan maupun sanksi kepada pelanggar juga sangat dibutuhkan, sehingga skenario normal baru dapat terlaksana dengan baik tanpa menambah jumlah kasus COVID-19.

Baca juga: Bantah mal di DKI akan buka 5 Juni, APPBI: Kami tunggu arahan pemda

“Pelaksanaan new normal butuh orang mengawasi jauh lebih banyak, tapi susah kalau hanya mengandalkan kesadaran masyarakat apalagi tidak ada sanksi,” katanya.

Sementara itu Tauhid memperkirakan kebijakan pemerintah terkait kenormalan baru akan mampu mendorong sektor usaha untuk bisa berproduksi dan normal kembali sehingga perekonomian perlahan membaik.

Di sisi lain ia menyatakan upaya perbaikan ekonomi akan membutuhkan waktu lama dan upaya besar mengingat dalam tatanan normal baru masyarakat tetap mengonsumsi barang-barang yang termasuk kebutuhan primer.

“Dunia usaha juga sedang punya beban keuangan yang lebih berat sekarang karena mereka masih punya tanggungan likuiditas yang kurang untuk kebutuhan belanja, untuk modal kerjanya,” kata Tauhid.

Baca juga: Analis: Skenario "new normal" beri optimisme pelaku pasar

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020