Dalam dokumen yang diunggah secara daring, Rabu, kebijakan CAAC untuk sementara masih berlaku bagi pesawat sewaan. Proses aplikasinya pun dipersingkat dari tujuh hari menjadi tiga hari.
Global Times dalam laporannya menyebutkan delapan negara yang masuk dalam daftar CAAC, yakni Jepang, Korea Selatan, Singapura, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, dan Swiss. Sayangnya, Amerika Serikat tidak masuk dalam daftar negara yang pesawatnya boleh mendarat di China.
Kebijakan CAAC itu dimaksudkan untuk meningkatkan jadwal fleksibilitas para penumpang pesawat.
Baca juga: Maskapai dari penjuru dunia batalkan penerbangan ke China hingga Maret
Baca juga: 13 maskapai China minta Boeing tangani kerugian Rp8,3 triliun
Pada akhir Maret pemerintah China mengeluarkan kebijakan "Five-One" untuk menekan kasus impor COVID-19.
Kebijakan "Five-One" tersebut adalah setiap pesawat dari satu kota di China hanya bisa terbang ke satu kota di negara lain dan tidak boleh lebih dari satu kali penerbangan per pekan.
Tentu saja kebijakan baru ini bisa menambah "Five-One" karena memberikan banyak kesempatan kepada maskapai yang sebelumnya hanya bisa terbang dari satu negara sekali per pekan, demikian CEO VariFlight Zheng Hongfeng.
Jerman dan Korsel telah memanfaatkan kebijakan jalur cepat tersebut untuk beberapa pesawat carter kelas bisnisnya ke China.
Kadin Jerman di China juga telah mengoordinasikan pesawat carter dengan maskapai Lufthansa guna membantu para eksekutif Jerman kembali terbang ke China.
Para pebisnis Jepang sedang mengajukan permohonan kebijakan tersebut agar sejumlah perusahaan Jepang bisa beroperasi penuh di China.
Sementara itu, dua pesawat carter tinggal landas dari Bandara Internasional Kansai di Jepang, Rabu sore, menuju Bandara Tianhe di Wuhan.
Satu pesawat mengangkut 136 penumpang berkebangsaan Jepang untuk kembali bekerja di China, sebagian dari Honda dan Nissan.
Zheng menganggap kebijakan baru tersebut tidak terkait tuduhan AS terhadap China yang sengaja memblokade pesawat-pesawat dari AS tujuan China.
Kebijakan "Five-One" juga tidak secara spesifik ditujukan pada pesawat-pesawat AS, demikian Zheng.
Dengan alasan pemenuhan permintaan pasar, China tentu akan menambah jumlah penerbangan dengan catatan kasus impor COVID-19 dapat dikendalikan secara efektif, demikian Wakil Kepala CAAC Li Jian.
Menurut dia, jumlah penerbangan yang sudah disetujui mendarat di China pada Juni mencapai angka 407. Padahal saat "Five-One" hanya 134 penerbangan.
Baca juga: Maskapai China laporkan kerugian 4,8 miliar dolar AS akibat COVID-19
Baca juga: Maskapai AS batalkan penerbangan ke China sampai akhir April
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020