Dia meminta kedua negara dapat menahan diri terhadap situasi yang berkembang di perbatasan Pangong Lake karena isu yang berkembang saat ini di berbagai media adalah sedang terjadi eskalasi peningkatan aktivitas militer pasca-bentrok antara kedua pihak.
Baca juga: Bamsoet: Tingkatkan penjagaan di perairan Natuna
"Saya berharap China dan India perlu menahan diri, perlu mengedepankan dialog dalam menyelesaikan perbedaan tafsir di antara kedua pihak. Terlebih saat dunia sedang berjuang melawan musuh yang tidak terlihat yaitu COVID-19," kata Aziz Syamsuddin dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menurut Aziz, peran India dan China sangat besar dalam memerangi pandemi COVID-19 sebagai negara yang memiliki peran ekonomi besar saat ini.
Aziz meyakini bahwa kedua negara tersebut mendahulukan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan kemanusiaan.
"Sesuai dengan prinsip Indonesia dan ASEAN, segala perseteruan sebaiknya diselesaikan dengan mekanisme damai dan dialog dalam rangka menjaga kepercayaan dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik. India dan China juga merupakan mitra strategis ASEAN saat ini," ujarnya.
Baca juga: Kasal Yudo Margono tegaskan TNI AL tetap berpatroli saat pandemi
Politikus Partai Golkar itu menilai India dan China merupakan sahabat baik Indonesia, maka sebagai posisi Indonesia di Dewan Keamanan PBB akan menyesalkan jika sampai terjadi perang yang sebenarnya tidak diperlukan pada abad ke-21 ini.
Dia mengatakan Indonesia perlu mengajak kedua pihak untuk menahan diri, mengedepankan dialog dan mematuhi prinsip-prinsip yang sudah disepakati secara internasional melalui berbagai instrumen institusi, salah satunya melalui PBB.
Baca juga: China tawarkan proyek infrastruktur di Indonesia di tengah pandemi
"Hanya dengan kerja sama yang baik di kawasan Indo-Pasifik, kita sebagai masyarakat internasional akan mampu secara bahu membahu menanggulangi COVID-19 dan kembali ke kehidupan normal dengan bersama-sama memulihkan perekonomian global. Ketegangan dan perang tidak akan pernah menguntungkan pihak manapun," katanya.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020