Surat kabar The Global Times memuat bantahan itu dua hari setelah Rebiya Kadeer, yang tinggal di Amerika Serikat, mengutip seorang polisi yang tak disebut namanya mengatakan, 196 warga Uighur yang ditahan di penjara Xinjiang telah `disiksa dan dibunuh`
"Saya heran dari mana angka 196 itu berasal," kata Hou Hanmin, seorang wanita juru bicara pemerintah di Xinjiang, wilayah China baratlaut yang mayoritas penduduknya Muslim.
"Jumlah resmi yang masih ditahan tinggal 83 orang," katanya.
Hou Hanmin mengatakan, klaim pembunuhan itu menyusul aksi kerusuhan yang menelan banyak korban di ibukota Xinjiang Urumqi pada awal Juli lalu, adalah tak berdasar dan tak bahkan tak bernilai.
AFP, Selasa, meminta komentar pemerintah Xinjiang berkaitan dengan tuduhan Rebiya itu, namun tidak menerima jawaban.
Aksi kekerasan etnis terburuk di China yang pecah pada 5 Juli di Urumqi itu, melibatkan bentrokan antara suku China Han dan Uighur, etnis yang berbicara dalam Bahasa Turki.
Sedikitnya 197 orang tewas dalam kekerasan itu, menurut angka resmi yang diumumkan pemerintah. (*)
Pewarta: mansy
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009