“Protokol ini akan melalui beberapa tahapan, mulai dari melakukan simulasi, lalu sosialisasi dan publikasi kepada publik, dan yang terakhir melakukan uji coba. Pelaksanaan tahapan-tahapan ini harus diawasi dengan ketat dan disiplin serta mempertimbangkan kesiapan daerah,” kata Wishnutama Kusubandio dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan protokol normal baru salah satunya menekankan pada konsep pariwisata “Cleanliness, Health, and Safety”.
Dan nantinya penerapan, dan pengawasan program “Cleanliness, Health, and Safety” (CHS) sebagai tatanan kenormalan baru di destinasi wisata juga akan dikoordinasikan dengan Gugus Tugas dan Kepala Daerah masing-masing wilayah.
Kesiapan daerah dan dukungan dari para pelaku industri dan ekonomi kreatif kata dia, merupakan salah satu faktor utama dalam pelaksanaan protokol kenormalan baru ini.
Ia mengatakan program CHS, yang telah disusun oleh Kemenparekraf/Baparekraf dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan industri pariwisata dan ekonomi kreatif serta kementerian/lembaga terkait.
Konsep CHS merupakan strategi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif agar masyarakat nantinya dapat tetap produktif dan aman COVID-19.
"Mengenai waktunya harus dilihat betul kondisi RW dan Rt daerah tersebut dan tentunya kesiapan masing-masing daerah. Kami telah melakukan koordinasi dengan beberapa kepala daerah yang wilayahnya berpotensi nantinya untuk dapat memulai penerapan protokol ini,” kata Wishnutama.
Baca juga: Industri wisata harus terapkan protokol kesehatan di era "new normal"
Baca juga: Presiden minta segera disusun standar baru sektor pariwisata
Baca juga: Pelaku pariwisata Bali inginkan ekosistem "New Normal" terintegrasi
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020