"Pemerintah menganjurkan masyarakat tinggal di rumah dan melakukan jarak fisik mencegah penyebaran COVID-19," ujar Kepala Perwakilan BKKBN Sulut Diano Tino Tandaju di Manado, Jumat.
Anjuran pemerintah tersebut, kata dia, berpengaruh terhadap setiap pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber-KB termasuk petugas medis/klinis yang akan melakukan pelayanan.
Baca juga: BKKBN antisipasi "baby boom" karena penggunaan KB menurun
Intensitas kebersamaan suami istri ketika 'stay at home', kata dia, akan lebih sering sehingga berpengaruh terhadap terjadinya kehamilan karena tidak atau belum sempat menggunakan alat atau obat kontrasepsi.
"Diprediksi nantinya jika hal ini tidak segera diantisipasi akan banyak terjadi kelahiran (baby boom)," sebut Diano.
Diano menyebutkan, apabila terjadi kehamilan di masa pandemi COVID-19 ini akan memunculkan risiko.
"Biasanya daya tahan tubuh menurun disebabkan terjadinya mual dan muntah sehingga lebih mudah terjadinya infeksi, perdarahan atau keguguran," ujarnya.
Keterlambatan mendapatkan layanan karena keterbatasan akses dapat mengancam keselamatan janin dan ibu itu sendiri.
"Dikhawatirkan nantinya akan berkontribusi terhadap meningkatnya stunting, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKB)," ujarnya.
Dari fenomena tersebut, lanjut dia, diperlukan berbagai strategi dan inovasi mencegah putus pakai pemakaian kontrasepsi mengantisipasi 'baby boom' sehingga pelayanan KB tetap optimal walaupun di masa pandemi COVID-19 ini.
BKKBN Sulut menggelar "virtual meeting' /webinar bertajuk "Cegah putus pakai pemakaian kontrasepsi mengantisipasi baby boom selama masa pandemi COVID-19" dengan narasumber Kepala BKBN RI dr Hasto Wardoyo Sp.OG (K).***3***
Baca juga: WFH berpotensi picu "baby boom"
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020