"Kita meminta polisi terus membangun komunikasi dengan ormas-ormas Islam, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memberantas terorisme," katanya, Kamis.
Menurutnya, ormas-ormas Islam besar seperti NU, Muhammadiyah, Persis dan lain-lainnya harus diajak berbicara untuk ikut aktif dalam pemberantasan terorisme, khususnya terkait pemahaman jihad.
"NU, Muhammadiyah, Persis perlu diajak bicara untuk mencegah terorisme agar tak berkembang jauh," tambahnya.
Saat ini, kata Zis, seolah-olah berkembang dan ada anggapa umat Islam berpotensi menjadi terorisme. "Inikan kesan yang salah, dan mulai terbangun seperti ini. Amerika saja tak mau terang-terangan seperti itu," jelasnya.
Yang jelas, lanjut Zis yang juga menjabat sebagai Sekjen Lembaga Takmir Masjid PBNU, aparat perlu meminta data juga kepada masing-masing ormas, mana pesantren-pesantren yang dinaunginya. "Kalau NU pasti pesantrennya jelas, karena nasabnya juga jelas," ungkapnya.
Lebih jauh katanya, pesantren-pesantren NU dibangun oleh ulama-ulama yang sangat mencintai NKRI. Oleh karena itu tak mungkin ada pesantren NU yang mengajarkan terorisme.
"Pesantren NU itu sejak awal pendirian Republik Indonesia, sudah terlibat perjuangan mendirikan NKRI, jadi tak mungkin pesantren NU itu mengajarkan aksi terorisme," tandasnya.
Dikatakanya, pesantren-pesantren NU sebagain besar dibangun oleh para ulama-ulama ahlussunnah waljamaah yang anti kekerasan. "Mereka menjadikan Islam sebagai rahmatanlillalamin," terangnya.
Disamping membangun komunikasi, kata Zis lagi, perlu juga ada pendekatan baru, sehingga tak menimbulkan gap yang terlalu jauh.
"Perlu ada pendekatan baru, agar pemahaman masyarakat terhadap pesantren tidak salah, karena media massa saat ini terus menerus memberitakan masalah terorisme yang mengait-ngaitkan dengan pesantren," imbuhnya.(*)
Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009