"Kami mendorong agar segala bentuk iklan, promosi dan sponsor rokok dilarang secara tegas karena mempengaruhi anak-anak kita. Jika tidak ada upaya serius, maka pada 2030 jumlah perokok anak akan mencapai 15,8 juta atau 15,91 persen (berdasarkan proyeksi Bappenas 2018)," kata Menteri Bintang dalam keterangan resmi kementerian yang diterima di Jakarta, Minggu.
Kekhawatiran Menteri PPPA didasarkan pada meningkatnya perokok anak dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan 2,1 persen anak usia 10-14 tahun telah merokok dan 2 persen di antaranya adalah mantan perokok. Selain itu data juga menunjukkan prevalensi merokok penduduk usia 10-18 tahun adalah sebanyak 9,1 persen.
Baca juga: Menteri PPPA: "Kamu Pahlawanku" beri pemahaman COVID-19 pada anak
Menurut Menteri Bintang, salah satu faktor penyebab anak menjadi perokok pemula adalah mudahnya akses bagi mereka terpapar informasi pemakaian rokok dan mendapatkan rokok dengan harga yang murah. Ditambah, kata dia, penelitian menunjukkan bahwa 28 persen remaja merokok saat berkumpul dengan teman sebaya menunjukkan kebiasaan itu dapat menyebar di antara anak.
Menteri Bintang di diskusi bersama Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2020 menegaskan perlu adanya intervensi serius terkait perokok pemula.
Hal itu perlu dilakukan mengingat terdapat hubungan signifikan antara perokok anak dengan paparan iklan rokok, pemberian sampel gratis, sponsor rokok di acara olahraga dan musik, logo pada merchandise dan diskon.
Dia menegaskan Kementerian PPPA sendiri sudah melakukan beberapa kebijakan mencegah peningkatan perokok anak, seperti menetapkan upaya pengendalian tembakau sebagai salah satu dari 24 indikator Kota/Kabupaten Layak Anak (KLA).
Baca juga: Menteri PPPA ajak guru hadirkan pembelajaran menyenangkan di rumah
Selain itu, Kementerian PPPA juga sudah melakukan berbagai sosialisasi dan kampanye serta membuat wadah bagi anak menyuarakan pendapat lewat Forum Anak.
Rencananya pada 2020 Kementerian PPPA akan menginisiasi gerakan Smoke-Free Family (Keluarga Bebas Rokok) sebagai salah satu upaya pengendalian tembakau di lingkup keluarga dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan lintas sektor.
“Kami percaya bahwa perlindungan anak dan tumbuh kembang anak yang optimal dapat terwujud dengan adanya kerjasama kuat dari berbagai pihak, termasuk LPAI sebagai organisasi masyarakat penggiat perlindungan anak. Indonesia bisa menjadi negara maju, apabila anak-anak dapat tumbuh dengan sehat, cerdas, berakhlak, dan berkarakter,” ujar Menteri Bintang.
Baca juga: Perempuan-anak rentan terdampak COVID-19 pada aspek sosial-ekonomi
Baca juga: Menteri PPPA sebut perempuan kekuatan bangsa dalam perangi COVID-19
Baca juga: Menteri PPPA sebut perempuan-anak semakin rentan karena COVID-19
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020