• Beranda
  • Berita
  • Dokter Inggris uji ibuprofen pada pasien corona yang sulit bernapas

Dokter Inggris uji ibuprofen pada pasien corona yang sulit bernapas

3 Juni 2020 20:42 WIB
Dokter Inggris uji ibuprofen pada pasien corona yang sulit bernapas
Tangkapan layar akun resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan pihaknya tidak menentang penggunaan ibuprofen pada Rabu (18/03/2020). (ANTARA/WHO)

Jika berhasil, uji coba ini akan punya nilai sangat berharga bagi penelitian pada kesehatan masyarakat dunia, mengingat obat ini harganya cukup murah dan banyak tersedia

Para dokter di Inggris menguji coba obat antiradang ibuprofen untuk mengetahui apakah obat itu mampu mengurangi risiko gagal napas pada pasien COVID-19 dengan gejala sakit yang parah.

Uji coba itu menggunakan ibuprofen dengan formula khusus, yang menurut peneliti terbukti lebih efektif menyembuhkan sindrom pernapasan akut parah (ARCS) daripada ibuprofen biasa. ACRS merupakan salah satu gejala penyakit yang kerap dialami pasien COVID-19.

Formula pada ibuprofen berjenis khusus itu telah memiliki paten di Inggris untuk obat penyakit lain.

"Jika berhasil, uji coba ini akan punya nilai sangat berharga bagi penelitian pada kesehatan masyarakat dunia, mengingat obat ini harganya cukup murah dan banyak tersedia," kata Direktur Pusat Penelitian Biomedis NIHR Maudsley, Matthew Hotpot.

Baca juga: Ibuprofen dan Asam Salisilat Tak Aman Bagi Penderita DBD
Baca juga: Dokter Inggris: Perang melawan corona ibarat maraton bukan lari cepat


Eksperimen yang dinamakan "LIBERATE" secara acak akan mengamati keampuhan obat pada lebih dari 230 pasien dalam beberapa bulan mendatang.

Uji coba itu diadakan oleh yayasan NHS Foundation Trust Guy's & St Thomas di London, Universitas King's College London, dan organisasi bidang farmasi SEEK Group.

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran pada Maret menganjurkan orang dengan gejala COVID-19 sebaiknya tidak meminum obat antiradang seperti ibuprofen. COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).

Namun, Amerika Serikat, Inggris, dan badan pengawas obat Uni Eropa, dan produsen ibuprofen, Nurofen Reckitt Benckiser mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan ibuprofen memperparah kondisi pasien.

Sumber: Reuters

Baca juga: Benarkah WHO larang penggunaan obat dengan kandungan ibuprofen?
Baca juga: WHO: Hindari konsumsi ibuprofen untuk obati gejala virus corona

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020