Kami terus mengawal investasi di sektor industri, karena dari investasi tersebut akan memacu kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor.
Pemerintah fokus mendorong realisasi penanaman modal sektor industri di Tanah Air baik dari investor asing maupun lokal untuk memperdalam struktur manufaktur di dalam negeri sehingga dapat memperkuat rantai pasok dan daya saing.
“Kami terus mengawal investasi di sektor industri, karena dari investasi tersebut akan memacu kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, Janu Suryanto lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Meskipun di tengah tekanan berat dari dampak pandemi COVID-19, Janu menegaskan pemerintah tetap bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif di Indonesia. Hal ini bertujuan agar para investor kian percaya dan nyaman untuk menggelontorkan dananya.
Baca juga: Indonesia jadi negara tujuan investasi, Ini alasannya menurut Luhut
“Wabah virus corona ini memang membawa pengaruh sangat besar terhadap perekonomian nasional dan global. Tetapi kita harus optimistis dan kerja keras untuk membangkitkannya kembali, dengan salah satu upayanya adalah meningkatkan investasi,” paparnya.
Menurut Janu, selain masih mengincar penanaman modal dari sektor industri yang menghasilkan produk substitusi impor, pemerintah juga akan lebih gencar menarik investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja atau sektor padat karya.
“Dalam situasi seperti saat ini, investasi tentunya akan memberikan dampak positif bagi penciptaan lapangan kerja, baik yang skala besar atau kecil,” jelasnya.
Baca juga: Kemenperin terus kawal investasi sektor industri agar terus meningkat
Apalagi, aktivitas industri selama ini telah terbukti membawa dampak yang luas terhadap perekonomian nasional, antara lain melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku, penerimaan devisa dari ekspor, dan penyerapan tenaga kerja.
Janu mengungkapkan, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investasi khususnya bagi sektor industri manufaktur. Potensi ini lantaran didukung dengan ketersediaan pasar yang besar dan bahan baku yang melimpah.
“Bahkan, Indonesia dinilai memiliki keunggulan untuk bisa dijadikan sebagai hub manufaktur di wilayah ASEAN,” ujarnya.
Baca juga: Kemenko Maritim-Investasi sarankan MICE garap tren "hybrid event"
Selain itu, daya tarik lainnya bagi investor, Indonesia telah menyatakan kesiapan dalam menerapkan industri 4.0 melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Karena produksi akan lebih berkualitas dan efisien dengan penggunaan teknologi digital atau modern,” imbuhnya.
Kemenperin mencatat, selama periode 2015-2019, total nilai penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri manufaktur sebesar USD61,5 miliar. Sedangkan, kontribusi dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp451,3 triliun.
Selama lima tahun terakhir tersebut, sektor yang memberikan sumbangsih terbesar pada PMA adalah industri logam dasar yang telah mengguyurkan dananya hingga 12,8 miliar dolar AS. Selanjutnya diikuti industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar USD9 miliar, serta industri makanan dan minuman menyentuh angka 8 miliar dolar AS.
Sementara itu, sektor yang dengan investasi PMDN tertinggi di periode yang sama berturut-turut adalah industri makanan dan minuman sebesar Rp158,3 triliun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencapai Rp55,5 triliun, serta industri barang galian bukan logam menembus hingga Rp51,6 triliun.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) Suhat Miyarso menyebutkan, salah satu investasi yang terealisasi di awal tahun ini adalah pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), yang meliputi pabrik Butene-1, Methyl Tert-Butyl Ether (B1-MTBE).
Pabrik tersebut mampu memproduksi Butene-1 hingga 43.000 ton per tahun dan Metil Tert-Butil Ether (MTBE) dengan kapasitas 127.000 ton per tahun.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengakui, sektor yang pertumbuhan investasinya cukup besar adalah industri logam dasar.
“Ini sebagai efek dari implementasi kebijakan pelarangan ekspor untuk raw materials atas logam mentah seperti nikel. Sektor ini memang besar peningkatannya untuk kategori industri manufaktur pada investasi PMA,” terangnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020