Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan pemerintah perlu fokus untuk memperbaiki tingkat konsumsi masyarakat sebagai salah satu upaya untuk memulihkan perekonomian nasional.
Guna memulihkan ekonomi nasional yang terkena dampak pandemi, perbaikan dari segi konsumsi menjadi perhatian utama pemerintah untuk segera dicarikan jalan keluarnya.
Dalam diskusi virtual di Jakarta, Kamis, menurutnya konsumsi memainkan peranan penting dalam perekonomian. Dengan adanya konsumsi yang meningkat maka akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi sehingga menggerakkan roda-roda perekonomian.
Berdasarkan data BPS pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97 persen perbandingan tahun ke tahun dengan kontribusi konsumsi rumah tangga sebesar 1,56 persen. Angka ini turun tajam jika dibandingkan dengan kondisi di kuartal pertama tahun 2019 silam yang mencapai 5,02 persen perbandingan tahunan.
Baca juga: BPS: Inflasi Mei 2020 turun tajam, hanya 0,07 persen
Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani melemah pada Mei, di bawah angka 100
Padahal dalam kondisi normal, kata dia, inflasi cenderung tinggi setiap kali menjelang Lebaran karena adanya peningkatan permintaan dan produksi di hampir semua sektor, terutama makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki, serta transportasi. Namun, yang terjadi tahun ini berbeda. Dari 90 kota yang dipantau BPS, sebanyak 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi.
Sementara itu pemberlakuan skenario new normal ditanggapi pasar secara positif. Hal ini terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian menguat dua minggu terakhir.
Seiring dengan IHSG, nilai rupiah pada kurs tengah BI berada di level Rp 14.245. Angka ini juga merupakan posisi terbaik rupiah sejak 5 Maret 2020.
Baca juga: IHSG Kamis terus merangkak naik, hampir sentuh level psikologis 5.000
Baca juga: Analis: Rupiah berpotensi menguat hari ini, didukung sentimen global
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020