Lagi-lagi ini adalah sisi positif dari kondisi pandemi sekarang
Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar menyebut Indonesia harus bisa mengambil pelajaran dan menciptakan peluang dari pandemi COVID-19, khususnya di bidang ekonomi.
“Pelajaran yang kita harus ambil adalah never waste a good crisis (jangan menyia-nyiakan sebuah krisis),” kata Mahendra dalam seminar daring mengenai “Strategi Diplomasi Perdagangan Indonesia di Tengah COVID-19” yang diselenggarakan Kemlu, Kamis.
Meskipun pandemi adalah krisis yang bersifat global, kata dia, tetapi suatu negara yang maju dan punya resistensi tinggi bukan hanya harus mampu bertahan, namun juga memanfaatkan krisis tersebut untuk melakukan reformasi dan restrukturisasi.
Dalam hal ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah kesadaran setiap pihak bahwa keberadaan rantai pasokan global yang terlalu bergantung pada satu atau dua negara, karena didorong oleh pertimbangan efisiensi dan komersial, ternyata sangat berisiko pada saat terjadi krisis.
Baca juga: Diplomasi perdagangan Indonesia lemah
Baca juga: Mendag sambut 70 tahun hubungan RI-AS dengan diplomasi perdagangan
Karena itu, menurut Mahendra, perlu dibangun rantai pasokan global yang berkelanjutan dan tidak bergantung pada satu atau dua negara saja.
“Untuk masing-masing negara, terutama negara yang relatif menengah dan agak besar, ingin memiliki kemandirian yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Baik dari segi komoditas, produk, atau brand tertentu, ataupun dimilikinya sebuah rantai pasokan yang lebih terintegrasi. Ini yang harus diisi oleh Indonesia,” tutur Wakil Menteri Perdagangan RI periode 2010-2011 itu.
Kemudian, dengan adanya pandemi COVID-19, masyarakat Indonesia telah menyaksikan akselerasi penggunaan teknologi digital, internet, dan telekomunikasi yang sifatnya semakin penting untuk semua aspek kehidupan.
“Lagi-lagi ini adalah sisi positif dari kondisi pandemi sekarang,” ujar Mahendra.
Meskipun memiliki potensi pasar yang besar dilihat dari populasinya, Indonesia masih perlu memajukan akses dan pemanfaatan teknologi digital agar lebih merata.
Selanjutnya, krisis akibat COVID-19 telah memaksa Indonesia mengisi kekurangan dalam industri strategis, terutama guna memenuhi sendiri kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan.
"Baru saat ini kita punya obat, masker, dan APD yang totally made in Indonesia. Itu pun setelah dipaksa oleh kondisi krisis," kata Mahendra.
Dalam konteks ini, ia menyebut Indonesia dengan pasar yang besar dan demografi penduduk usia muda memiliki keuntungan untuk menarik investasi di sektor industri guna mendorong keberlanjutan ekonomi.
“Utamanya kita ingin dorong investasi yang ada di Indonesia, tetapi kita juga ingin dorong investasi dari luar negeri yang bisa memanfaatkan perkembangan yang ada yaitu (besarnya) pasar di Indonesia sekaligus menggunakan Indonesia sebagai hub di kawasan maupun global,” kata Wakil Menteri Keuangan RI periode 2011-2013 itu.
Baca juga: Kiat Indonesia dekati pasar Amerika Latin, Karibia
Baca juga: Pebisnis Indonesia diharapkan garap pasar bebas Eropa
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020